Berita Tegal

Kisah Inspirasi Painem, Keluarga PKH di Tegal yang Sudah Mandiri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Painem (kanan) dan suami Masurip Lily Sutoto (kiri), sedang mempersiapkan bahan masakan untuk berjualan nasi ponggol di depan rumah.

Ia mengatakan, alasan pengunduran dirinya karena penghasilan keluarga dirasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu masih banyak keluarga lain yang membutuhkan bantuan dari pemerintah.

"Desember 2018 akhir saya bilang ke pendamping, ketua PKH, dan anggota lainnya."

"Saya pamit mengundurkan diri. Pendamping tanya, 'Ibu serius mau mengundurkan diri'," ingat Painem.

Painem mengatakan, ia berjualan nasi ponggol setiap pagi di depan rumahnya.

Dalam sehari terjual lebih dari 100 bungkus nasi ponggol.

Sementara untuk penjualan makanan sambosa secara online sehari bisa terjual 50 sampai 60 buah.

Ia mengatakan, pembeli sambosa tidak hanya dari Kota Tegal.

Beberapa pembeli dari Kabupaten Tegal, dari Slawi, Majasem, hingga Kemantran.

Menurut Painem, ia juga sering menerima pesanan nasi kuning.

"Sekarang fokusnya jual sarapan dan sambosa online. Bapak yang semula tukang parkir, sekarang berhenti dan ikut bantu. Akhirnya fokus jualan sarapan," ungkapnya.

Painem mengatakan, ide berjualan nasi ponggol mulanya karena melihat kondisi di lingkungan rumahnya.

Ia melihat tiap pagi banyak tetangga yang mencari sarapan.

Bermula dari itu, ia dan suaminya kemudian merencanakan berjualan nasi ponggol.

Meski demikian, kesulitan di awal berjualan pernah dialami Painem.

Halaman
123