Namun inilah yang setiap hari harus Ida kerjakan. Dan ia mengaku tidak masalah, karena sudah niat dalam dirinya untuk menggeluti profesi ini.
"Semuanya saya urus, seperti memandikan jenazah, mendandani jenazah semisal yang beragama non muslim, jadi bisa saya kerjakan semunya. Menyesuaikan pihak keluarga, apakah dari keluarga nasrani, Budha, Khonghucu, dan lain-lain. Tapi kalau untuk covid semunya sama, karena sudah ada prosedur khususnya," jelas Ida.
Selama masa pandemi Covid-19, jumlah jenazah yang harus Ida dan rekannya tangani jumlahnya meningkat.
Yang biasanya sebelum ada Covid-19 ia dan rekan-rekan dalam seminggu katakan hanya mengurus satu jenazah. Saat ini sehari saja bisa dua atau empat jenazah.
Baca juga: Polres Banjarnegara Siapkan Anjing Pelacak dan Alat SAR untuk Penanaganan Bencana
Baca juga: Istri Bupati Blora Maju Pilkada, Begini Tanggapannya saat Disinggung Politik Dinasti
Baca juga: Tinggal di Dekat Venue Menembak, Ibu Rumah Tangga Terkena Peluru Nyasar di Kaki
Baca juga: Butuh 4,5 Jam Petugas Gabungan Evakuasi Pohon Tumbang di Jalur Pantura Wiradesa
Karena sebelum ada Covid-19, jenazah yang diurus oleh petugas pemulasaran paling yang sakit infeksi seperti HIV atau yang mengalami sakit tertentu, dan lain-lain.
Sehingga jumlahnya sedikit.
Sedangkan misal tidak ada sakit, bisa diurus oleh warga atau tidak harus dari pihak rumah sakit.
Sehingga peningkatannya selama pandemi Covid-19 cukup lumayan. Apalagi di Kabupaten Tegal sendiri kasusnya masih terus meningkat.
"Tapi semisal ada jenazah Covid-19 yang harus ditangani atau jenazah perempuan, mau tidak mau saya harus berangkat lagi. Meskipun ada pembagian shift kerja tapi tetap saja harus siap 24 jam. Saya dan tim pernah sampai tidak pulang ke rumah karena masih harus mengurus jenazah," pungkasnya. (dta)