Berita Kriminal

Seorang Pria Dihukum Mati Karena Membunuh Istri yang Sedang Hamil dan Anak Kandungnya

Editor: Rival Almanaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi olah tempat kejadian perkara (TKP)

TRIBUN-PANTURA.COM, SINGAPURA - Seorang kepala keluarga di Singapura dihukum mati karena membunuh istri yang sedang hamil dan anaknya.

Tidak hanya membunuh, pria bernama Teo Ghim Heng (45),  tersebut juga tidur dengan mayat istri dan anaknya tersebut selama sepekan.

Karena perbuatannya tersebut, Heng dijatuhi hukuman mati sebagaimana dilansir dari Mirror, Jumat (13/11/2020).

Baca juga: Revitalisasi Pedagang Kios Renteng Sragen Belum Ada Kejelasan

Baca juga: Update Virus Corona Karanganyar Sabtu 14 November 2020, Ada 241 Kasus Positif Covid-19

Baca juga: Kisah Pantang Menyerah Pasutri Akhirnya Miliki Anak Perempuan Setelah 15 Kali Melahirkan

Baca juga: Begini Cara Barbershop di Tegal Terapkan Prokes, Kapster dan Pelanggan Pakai Masker

Heng awalnya mencekik istrinya, Choong Pei Shan (39), dengan handuk setelah berdebat tentang masalah keuangan.

Setelah membunuh istrinya yang sedang hamil enam bulan tersebut, Heng memutuskan untuk membunuh putrinya, Zi Ning.

Daily Star melaporkan Heng dinyatakan bersalah atas dua tuduhan pembunuhan dan dijatuhi hukuman mati di Singapura pada 12 November.

Ketiak Heng dan istrinya berdebat, Pei Shan sempat menghina suaminya tersebut di depan putri mereka.

Setelah itu, Heng mencekik Pei Shan dengan handuk dan kemudian membunuh putrinya.

Heng kemudian meletakkan mayat istri dan putrinya tersebut di atas kasur dan tidur di samping mereka selama tujuh hari.

Dia telah berencana untuk bunuh diri untuk agar bisa bersatu dengan istri dan anaknya tersebut setelah kematian.

Namun Heng gagal meskipun telah berulangkali mencoba melakukan beberapa percobaan bunuh diri.

Heng juga sempat mencoba membakar dirinya namun gagal setelah merasakan panasnya api.

Perbuatan Heng akhirnya terkuang setelah saudara iparnya mengunjungi rumahnya.

Saudara ipar Heng tersebut awalnya curiga karena Heng dan keluarganya tidak menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek dan Pei Shan tidak menanggapi pesan singkat ataupun telepon.

Setelah saudara ipar Heng tidak bisa masuk ke rumah Heng, kecurigaannya semakin menjadi-jadi dan akhirnya dia melapor ke polisi.

Halaman
12