Satu agama, kata dia, seharusnya hadir untuk membawa ketentraman, solutif dan menyenangkan. Tapi dalam implementasinya, pada sekelompook orang dengan cara pandang sendiri yang kemudian seolah- olah dia merasa benar dan sahih, serta tidak menghormati kelompok yang ujungnya pada paham anti-toleransi.
Baca juga: Selain Guru Honorer Bantuan Subsidi Gaji Juga Diberikan untuk Pegawai Perpustakaan, Ini Syaratnya
Baca juga: Kreatif! Bengkel di Kota Tegal Modifikasi Honda Vario Jadi Motor Custom Street Tracker
Baca juga: Tim Kajian Daerah Wantannas Pilih Kota Tegal Sebagai Lokasi Kajian Periodik
"Rasul melindungi perbedaan. Itu menjadi dasar utama toleransi. Rasul tidak mengajarkan kebenciaan atau apapun kepada orang lain walaupun tidak beragama Islam. Pancasila hadir di Indonesia sebagai perwujudan dari nilai Islam ketauhidan atau kepercayaan pada tuhan," ucap Yos.
Ia menyatakan jangan beranggapan radikalisme merupakan satu kepatuhan pada agama. Itu merupakan satu hal yang berbeda. Kepatuhan pada agama bukan bersifat taklid, yang hanya ikut- ikutan tanpa satu pemahaman yang berbasis pada ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, dalam rangka mempersatukan Indonesia, ia mengajak semua pihak menolak paham radikalisme dalam bentuk apapun, termasuk dengan jargon agama.(mam)