Dalam waktu yang bersamaan terjadinya guguran lava pijar tersebut, tim BPPTKG juga merekam adanya kegempaan berupa guguran sebanyak 23 dengan amplitudo 3-41 milimeter berdurasi 11-127 detik.
Kemudian untuk embusan ada sebanyak 11 kali dengan amplitudo 2-8 milimeter berdurasi antara 9 sampai 33 detik.
Selanjutnya Hybrid/Fase Banyak terekam dengan jumlah 75, amplitudo 3-31 milimeter, S-P: 0,3-0,5 detik berdurasi 4-11 detik.
Berikutnya Vulkanik Dangkal yang terekam sejumlah 16 dengan amplitudo 34-75 milimeter berdurasi 12-39 detik.
Adapun Tektonik Jauh terekam sebanyak 1 dengan amplitudo 4 milimeter, S-P: 16 detik dan durasi 43 detik.
Rabu (6/1/2021) pukul 24.00-06.00 WIB:
Sementara itu, dalam laporan aktivitas Gunung Merapi pada Rabu (6/1/2021) pukul 24.00-06.00 WIB, menunjukkan adanya guguran lava pijar sebanyak dua kali intensitas kecil arah kali Krasak jarak luncur 400 meter.
Terekam juga suara guguran dengan intensitas sedang dari Babadan sebanyak dua kali.
Selain itu, termonitor adanya kegempaan berupa guguran sebanyak 24 dengan amplitudo 4-55 milimeter berdurasi 14-75 detik.
Kemudian untuk embusan ada sebanyak 19 kali dengan amplitudo 2-8 milimeter berdurasi antara 8 sampai 57 detik.
Selanjutnya Hybrid/Fase Banyak terekam dengan jumlah 69, amplitudo 3-27 milimeter, S-P: 0,3-0,5 detik berdurasi 4-11 detik.
Berikutnya Vulkanik Dangkal yang terekam sejumlah 22 dengan amplitudo 32-75 milimeter berdurasi 12-39 detik.
Sudah masuk fase erupsi?
Sebelumnya, aktivitas vulkanik Gunung Merapi juga telah terpantau pada Kamis (31/12/2020) pukul 21.08 WIB, yang mana menurut hasil data visual menunjukkan adanya indikasi kemunculan api diam dan lava pijar.
Menurut Kepala BPPTKG Hanik Humaida, api diam tersebut muncul di dasar lava 1997, sebagaimana berdasarkan hasil pengamatan citra satelit yang dikonfirmasi keberadaan gundukan yang diduga merupakan material baru.