Lalu yang biasanya selalu memberikan kabar sudah sampai bandara atau mana, kemarin tidak sama sekali memberikan kabar.
Terakhir komunikasi pun itu karena Eka yang menghubungi pertama kali dan itu menjadi percakapan terkahir dengan sang adik. Sebelum pesawatnya lepas landas.
"Saya terakhir komunikasi sekitar pukul 06.00 WIB pagi, waktu itu dia masih membalas misal sudah sampai bandara dan masih sangat mengantuk."
"Wiwi juga sempat video call dengan ibu, setelah itu tidak ada komunikasi lagi sampai akhirnya kami mendengar berita kecelakaan pesawat," jelasnya.
Dikatakan, saat berangkat dari rumah Wiwi yang merupakan ibu dari empat anak ini mengenakan pakaian kaos berwarna hitam yang ada tulisan Nevada di tengahnya.
Lalu kerudung hitam, celana jeans warna biru, dan mengenakan cincin kawin.
Eka pun kembali sedih mengingat sang adik yang kesehariannya dikenal ceria dan hobi memasak. Apalagi sebelum pulang kembali ke Pontianak, Wiwi sudah membelikan oleh-oleh makanan untuk anaknya di rumah.
Makanan yang dibawa pun seperti telor asin sampai beberapa besek dan sate blengong yang jumlahnya banyak.
Sampai sebelum berangkat korban sempat khawatir takut bagasinya terlalu berat.
Itu juga merupakan momen terakhir dengan sang adik sebelum keberangkatan ke bandara.
"Ibu sudah tahu tentang apa yang dialami oleh Wiwi, awalnya sempat shock dan pastinya sedih. Tapi ya kami berusaha memberikan pengertian dan mengajak supaya selalu berdoa untuk Wiwi."
"Semoga ada mukjizat bisa selamat, kalau pun tidak semoga tubuhnya bisa ditemukan. Intinya keluarga juga sedang menunggu kabar dan selalu memantau sekaligus berdoa," ujarnya.
Ditanya jika kemungkinan terburuk korban ditemukan dalam keadaan tidak selamat akan dimakamkan dimana? Eka mengatakan menyesuaikan dari suami korban ingin dimana.
Tambahan informasi, awalnya korban yang merupakan guru di SMK N 3 Pontianak dan dikenal dengan nama Bu Panca ini akan menaiki pesawat Nam Air rute Jakarta-Pontianak pukul 07.00 WIB.
Tapi ternyata pesawat delay dan akhirnya dipindah menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute sama Jakarta-Pontianak pukul 14.36 WIB.
Panca Widia Nursanti merupakan warga Desa Suro Kidul, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal yang sudah selama 25 tahun tinggal di Pontianak dan berprofesi sebagai guru di SMK N 3 Pontianak.
Panca merupakan alumni SMAN 1 Slawi tahun 1992, dan setelahnya melanjutkan pendidikan di Universitas Janabadra Yogyakarta mengambil jurusan S1 Hukum Perdata.