Berita Slawi

Bupati Tegal Umi Azizah Tegaskan Program Jogo Tonggo Tak Boleh Rapuh

Penulis: Desta Leila Kartika
Editor: muh radlis
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Tegal Umi Azizah, sedang menyampaikan pentingnya peran Satgas Jogo Tonggo dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 di Balai Desa Pedagangan, Kecamatan Dukuhwaru, Kamis (22/7/2021) lalu.

TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI – Penanganan pandemi Covid-19 memerlukan upaya menyeluruh untuk mencegah penularan dan menyembuhkan pasien yang terinfeksi, salah satunya membangun kesadaran dan pemahaman warga di tingkat terbawah akan risiko dan cara menanggulanginya melalui program Jogo Tonggo.

Bupati Tegal Umi Azizah, saat melakukan peninjauan selama dua hari di desa dengan kasus penularan tinggi, Kamis (22/7/2021) di Desa Harjosasari Lor dan Pedagangan, lalu Jumat (23/7/2021) di Desa Lebaksiu Lor mengatakan, jika peran satgas yang dibentuk di tingkat rukun warga melalui program Jogo Tonggo harus terus diperkuat dan jangan sampai rapuh.

“Melihat karakteristik penduduk kita, konsep pendekatan jogo tonggo sangat tepat untuk menumbuhkan kesadaran warga di tengah tekanan dinamika sosial yang bisa menjadikan kewaspadaan setiap orang akan penularan virus corona ini kendur dan longgar,” ungkap Umi, dalam rilis yang diterima Tribunjateng.com, Minggu (25/7/2021). 

Jogo Tonggo menurut Umi adalah benteng ketahanan sosial terbaik, terlebih saat ini virus sudah menginfeksi masuk ke lingkungan keluarga, membentuk klaster penularan di desa-desa. 

Meski demikian, ia tidak menampik jika faktor jenuh, kebutuhan mobilitas, dan geliat ekonomi warga bisa menjadikan benteng ini rapuh. 

Ditambah masih kurangnya pemahaman warga akan risiko dan bahaya Covid-19 sebagai tantangan tersendiri yang dapat memperburuk situasi.

Di hadapan kepala desa, Umi minta agar satgas Jogo Tonggo bisa dimaksimalkan lagi perannya. 

Di sini, antar tetangga harus bisa saling menjaga, saling melindungi dan berbagi di tengah situasi sulit tekanan ekonomi dan ancaman penularan Covid-19.

Menurutnya, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tidak saja berdampak di sisi kesehatan masyarakat, tapi sekaligus juga ujian bagi kehidupan sosial.

“Di sinilah rasa kamanungsan dan ukhuwah wathaniyah kita diuji. Sejauh mana ikatan paseduluran yang ada mampu menumbuhkan sikap peduli, menggerakan semangat kegotongroyongan membantu saudara, tetangga yang sedang ditimpa musibah,” katanya.

Selain masih bertambahnya penularan Covid-19 di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), terjadinya kasus kematian pada pasien isolasi mandiri (isoman) menjadi alarm bagi rukun tetangga agar lebih peduli menjaga warganya dan responsif manakala mendapati perburukan kondisi.

Umi mengungkapkan, jumlah kasus kematian pasien isoman selama 25 hari terakhir yang berhasil dievakuasi tim relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tegal mencapai 33 orang.

Lebih lanjut Umi mengakui, ada kalanya pemantauan pasien isoman ini dihadapkan pada situasi yang terbatas karena tenaga kesehatan di wilayah juga harus melaksanakan tracking dan testing, melakukan vaksinasi, dan tugas pelayanan kesehatan lainnya. 

Belum lagi jika mereka terpapar (Covid-19), terpaksa harus menjalani isoman juga atau dirawat di rumah sakit.

Kondisi inilah yang menuntut peran lebih dari satgas Jogo Tonggo untuk ikut membantu memberikan pemahaman yang benar soal risiko Covid-19, dan menyadarkan keluarga utamanya pada pasien isoman agar mau dirujuk ke rumah sakit jika mengalami gejala sakit atau perburukan kondisi.

Halaman
12