Berita Slawi

Program Budidaya Tanaman Hidroponik, Siswa SDN Bojong 02 Tegal Belajar Wirausaha

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah siswa dan guru SDN Bojong 02, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal sedang panen sayuran hidroponik dan menjualnya ke lingkungan sekolah termasuk masyarakat sekitar belum lama ini.

TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Belajar berwirausaha bisa kapan saja dan dengan siapa saja, hal ini seperti yang dilakukan oleh siswa SDN Bojong 02, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal yang belajar budidaya tanaman hidroponik bahkan sampai panen dua kali. 

Para pelajar, guru, kepala sekolah yang turut membantu patut diacungi jempol, karena ide kreatif budidaya tanaman hidroponik tidak hanya materi pelajaran semata, tapi juga menghasilkan. 

Kepala SDN Bojong 02, Sugini, menjelaskan program budidaya tanaman hidroponik sudah dilakukan sejak Agustus 2022 lalu.

Prosesnya diawali dengan membuat kerangka tanaman hidroponik kemudian menanam benih sayurannya. 

Adapun saat itu, benih sayuran yang dipilih yaitu jenis sawi hijau dan caisim.

Proses penanaman dilakukan langsung oleh siswa dan guru di sekolah.

Singkatnya, dua bulan setelah masa tanam, untuk caisim tumbuh lebat dan bisa dipanen.

Hasil panen tersebut, langsung dijual kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar. 

Sedangkan hasil dari penjualan sayuran, dikumpulkan dan dikembalikan ke kas siswa.

"Hasil panen kami jual di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Panen pertama kami jual per ikat (seperempat kilogram) sayuran Rp 2000. Total uang penjualan yang diperoleh saat itu Rp 107 ribu. Uang hasil penjualan dikembalikan ke kas siswa karena modal awal menggunakan uang kas," ungkap Sugini, Kamis (12/1/2023).

Untuk modal membuat hidroponik, dikatakan Sugini dianggarkan Rp 3 juta berasal dari uang kas siswa.

Dari anggaran tersebut, dibelanjakan untuk membuat pipa pralon sepanjang 4 meter sebanyak 6 bagian.

Sedangkan tiap bagian terdapat 19 lubang untuk tanaman hidroponik.

Kemudian untuk membeli bibit modal awal Rp 20 ribu, dan pupuk Rp 40 ribu untuk dua kali masa tanam.

Sementara untuk mesinnya sendiri menggunakan water pump dan filter air.

"Tujuan utama kami dengan budidaya tanaman hidroponik, ingin mengajarkan siswa agar memiliki bekal berwirausaha sejak dini khususnya di bidang pertanian. Selain itu, juga untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5," terangnya.

Setelah panen pertama berhasil, lanjut Sugini, pihaknya kemudian menanam bibit sayuran lagi.

Tapi untuk kali kedua, Sugini bersama siswanya menanam selada air jenis muzzle. 

Sama seperti proses tanaman yang pertama, selang dua bulan selada air berhasil dipanen.

Setelah menambah tanaman selada air, kedepannya Sugini berencana akan menambah tananam lain yaitu kangkung. 

Tujuannya supaya panen lebih cepat dan lebih banyak yang dihasilkan.

Bahkan cita-cita kedepannya, Sugini ingin bekerjasama dengan supermarket untuk menjual hasil panen sekolahnya.

"Untuk panen yang kedua, kami dapat uang hasil penjualan sebanyak Rp 97 ribu. Sedangkan selada air kami jual harga Rp 3000 per ikatnya. Sehingga selama dua kali panen, siswa berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu, dan uang tersebut langsung dimasukkan ke kas siswa," ujarnya. 

Meskipun hasil dua kali panen belum bisa menutup modal tanam, tapi bagi Sugini tidak menjadi masalah karena tujuan utama program hidroponik bukan untuk menghasilkan uang.

Lebih dari itu, untuk melatih siswa agar bisa melakukan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah atau hidroponik.

"Karena tujuan kami sejak awal memang bukan perkara uang atau profit, tapi untuk implementasi kurikulum merdeka. Siswa mendapat pengetahuan dan pengalaman baru yang harapannya bisa bermanfaat untuk kedepannya," tutup Sugini. (*)