TRIBUNPANTURA.COM, SEMARANG - Puluhan mahasiswa asing dari berbagai negara belajar pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana banjir dengan Paguyuban Pemberdayaan Pompanisasi dan Pengelolaan Lingkungan Panggung Lor (P5L), Kelurahan Panggung Lor, Semarang Utara, Kota Semarang.
Kegiatan yang dikemas talkshow dan tanya-jawab tersebut digelar secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) pada Rabu (22/2/2023).
Puluhan mahasiswa asing tersebut berasal dari berbagai negara antara lain Filipina, Malaysia, Myanmar, Hongkong, Taiwan, Macau, Bangladesh, hinggaParaguay.
Mereka adalah mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar bertajuk University Mobility in Asia and the Pacific (UMAP) Discovery Camp Winter 2023 di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Sekretaris P5L, Teguh Sumedi menyampaikan, P5L adalah lembaga independen masyarakat yang dibentuk untuk menanggulangi bencana banjir rob yang merendam wilayah Panggung Lor sejak 1992.
"Wilayah Panggung Lor dulunya adalah kawasan elit. Namun sejak 1992, mulai terdampak banjir rob. Hal itu karena wilayah Panggung Lor dan sekitarnya berada di cekungan dan ketinggian tanahnya di bawah permukaan laut," ujar Teguh, Kamis (23/2/2023).
Banjir yang diakibatkan oleh air pasang terus berlanjut semakin parah, terlebih di saat musim penghujan.
Agar tidak terdampak banjir, warga berusaha menaikkan lantai rumah dan bergotong royong meninggikan jalan.
"Tapi cara itu justru menimbulkan masalah baru terutama bagi wilayah yang belum mampu meninggikan jalan dan warga yang belum mampu menaikkan lantai rumah. Sehingga dibentuklah P5L pada 1996," jelasnya.
Keberadaan P5L saat ini, kata Teguh, sangat berperan pada pengendalian banjir yang kerap melanda Kelurahan Panggung Lor yang ditempati kurang lebih 5.000 unit rumah.
Untuk menanggulangi banjir dan rob, P5L telah mengoperasikan 7 rumah pompa dengan 13 unit pompa yang memiliki kapasitas 800 liter per detik tiap pompanya.
Seluruh pompa akan menyala otomatis saat ketinggian air mencapai level tertentu.
Seiring berjalannya waktu, ancaman banjir tak hanya dari air hujan dan pasang air laut saja.
Dengan ketinggian permukaan 1,5 meter di bawah permukaan laut, air tanah dan air limbah pembuangan dari rumah warga juga harus dikendalikan.
"Dengan adanya pompa-pompa itu, air tanah dan air dari rumahan masuk ke penampungan yang kemudian dipompa dan dibuang ke Kali Asin. Sehingga air yang dibuang itu sudah bersih dari limbah atau sampah," terangnya.
Dikatakannya, petugas dari P5L selalu keliling melakukan pengecekan ke semua pompa setiap harinya.
Hal itu untuk memeriksa debit air dan memastikan penampungan pembuangan air tidak terganggu adanya sampah.
"Dengan keberadaan pompa-pompa di bawah pengoperasian P5L ini, sehingga menjadikan wilayah Panggung Lor terbebas dari banjir dan rob. Sehingga saat ini menjadi bersih, kering dan cantik," tegasnya.
Lurah Panggung Lor, Tris Nunung Iriyantoto menyampaikan, keberadaan P5L sangat membantu warga Panggung Lor yang notabene daerah rawan banjir.
"Peranan P5L sangat membantu. Tanpa P5L, kita banjir terus, karena posisi kita mencapai 3 meter di bawah permukaan laut," ujarnya.
Permasalahan banjir di Panggung Lor, lanjutnya, tidak hanya saat hujan dan rob air laut. Rembesan air tanah dan air sisa dari rumahan juga mengakibatkan banjir.
"Kalau kita serahkan Pemkot, banjir di Panggung Lor tidak akan tertangani karena Pemkot juga ngurus daerah lain. Karenanya, keberadaan P5L ini sangat penting sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam menjaga lingkungan," pungkasnya. (*)