Menurutnya, tilang manual di Jateng dilakukan kembali bukan untuk mencari pelanggaran tetapi untuk memastikan keselamatan pengguna jalan.
Sebab, masih banyak pelanggaran yang kasat mata tapi tidak bisa ditindak melalui tilang electronik.
"Di Jateng banyak korban kecelakaan, lima sampai enam orang tewas karena kecelakaan sehingga harus dibarengi semangat patuh berlalu-lintas," terangnya.
Agus menambahkan, tertib berlalu lintas merupakan cermin budaya bangsa.
Apalagi lalu lintas adalah urat nadi kehidupan karena semua orang hampir menggunakan jalan raya.
Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya melakukan penegakan hukum tilang baik elektronik maupun manual untuk menyelamatkan pengguna jalan lainnya.
"Harapannya dari masyarakat sudah ada kesadaran pribadi untuk tertib berlalu lintas supaya selamat di jalan," imbuhnya. (*)