Dalam satu pekan, hanya satu hari rumah produksinya libur.
Istri Munarso, Ika, menambahkan bahwa lebih tepatnya pihaknya mengolah tiga "tiban" ikan setiap hari dengan omzet (kotor) sekira Rp 30 juta.
"Satu tiban itu 36 plastik. Tiap plastik isinya 10 kilogram, jadi satu tiban 360 kilogram. Dalam sehari ada tiga tiban ikan, berarti kira-kira 1.080 kilogram, satu ton lebih," papar dia.
Baca juga: Dorong Kualitas Kambing Unggul, Pemkot Pekalongan Gelar Kontes Hewan Kurban
Ika mengatakan, ia mengambil bahan baku ikan dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Juwana.
Namun, jika sedang tidak ada kapal bongkar muatan di TPI, ia akan mengambil bahan baku dari cold storage.
Adapun tahapan pembuatan ikan pindang dimulai dari mencairkan es ikan beku, menyortir ikan dan mengemasnya dalam besek bambu, merebus ikan yang sudah dimasukkan besek dalam air garam, kemudian menyemprot ikan dengan air hangat bersih untuk menghilangkan sisa kotoran.
Proses perebusan membutuhkan waktu sekira 10-15 menit untuk ikan ukuran kecil dan sekira 30 menit untuk ikan ukuran besar.
Ikan-ikan yang sudah dimasak pindang itu lalu didistribusikan ke pasar-pasar di wilayah Pati, Sayung (Demak), Ambarawa, Parakan, hingga Magelang.
Ikan pindang ukuran kecil buatan Munarso dan Ika dibanderol Rp 55 ribu per satu ikat isi 20 besek.
"Kalau pindang ikan salem ukuran besar harganya Rp 80 ribu isi sembilan besek. Itu harga untuk bakul pasar," kata Munarso.
Menurut dia, ikan salem pindang punya tingkat permintaan pasar paling tinggi dibanding jenis ikan lainnya.
Baca juga: Pengakuan Tersangka Kasus TPPO di Jateng, Terima Fee Rp 30 Juta Tiap Berangkatkan 1 Orang
Ditanya mengenai kendala yang dihadapi, Munarso mengatakan, pengusaha pemindangan yang tergolong "pemain baru" seperti dirinya terkadang masih sulit mendapat tenaga kerja.
Menurutnya, para tenaga pemindangan banyak yang lebih memilih bekerja di pengusaha yang skala produksinya lebih besar.
Namun, perlahan tapi pasti, Munarso tetap berupaya membesarkan usaha.
Untuk memperbesar skala usaha, pada Mei 2023 ini, dia mengambil modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI senilai Rp 100 juta.