Ketiga, ada Kitiran Sundari yang dibuat oleh mbah Kalil.
Baca juga: Pemkab Pekalongan Akan Perluas Lahan Tembakau, Ini Wilayah Sasarannya
Kitiran Sundari bentuknya sama seperti kitiran biasa, namun terdapat perbedaan.
Kitiran sundari diberi warna hitam dan putih, kemudian terdapat seruling yang menghasilkan suara merdu saat tertiup angin.
Kitiran sundari dibuat untuk mengelabui para roh halus agar tidak mengganggu warga Desa Carul.
"Sampai saat ini warga masih sering membuat kitiran. Masyarakat juga menikmati suara yang dihasilkan dari kitiran di saat siang, sore dan malam hari atau di saat angin sedang kencang," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Tegal Ahmad Uwes Qoroni mengatakan, meskipun Desa Carul berada diujung, tapi tidak menjadi kendala untuk mengadakan Festival barit dan kitiran tradisional.
Uwes menilai hal itu sebagai narasi yang luar biasa karena mengangkat kearifan lokal, khususnya tentang tradisi kitiran.
Sehingga Uwes berharap, dengan adanya Festival Kitiran semoga kedepannya bisa menggerakkan perekonomian warga Desa Carul.
Baca juga: Solekhun Dilantik Jadi Kades Plumbungan Tegal, Diingatkan Soal Penggelapan Setoran PBB dan Pungli
Lebih dari itu, budaya kitiran semakin dikenal oleh khalayak umum tidak hanya warga lokalnya saja.
Sehingga bisa menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Tegal.
"Kearifan lokal bisa diangkat menjadi wisata unggulan. Saya melihat ada potensi untuk jadi destinasi wisata baru khususnya di Kabupaten Tegal," papar Uwes.
Salah satu warga Desa Carul, Mukhari, mengaku memiliki hobi atau suka membuat kitiran sejak dirinya masih kecil dan bertahan hingga saat ini usianya 62 tahun.
Dia pun lihai membuat kitiran dari yang ukuran kecil sampai besar.
Mukhari mendapat keahlian membuat kitiran juga dari orangtuanya, karena dulu suka membuat dan kemudian memainkan kitiran sebagai hiburan.
Baca juga: Perkuat Pengawasan Orang Asing di Grobogan, Imigrasi Semarang Gelar Rakor Timpora
"Kalau saya membuat kitiran hanya untuk kesenangan sendiri dan menyalurkan hobi saja. Sehingga kitiran yang saya buat tidak dijual."
"Karena bagi saya seperti ada kepuasan tersendiri, apalagi kalau kitiran terkena angin dan menimbulkan bunyi. Seperti ada ketenangan ketika mendengar bunyi dari kitiran," imbuh Mukhari. (*)