Berita Banjarnegara

Kecanduan Bermedsos Seorang Anak di Banjarnegara Minggat Saat Tidak Dibelikan Kuota

Di desa terpencil Kecamatan Wanayasa, seorang anak minggat dari rumah karena tidak bisa aktif di dunia maya.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
tribun-pantura.com/indro dwi purnomo
Ilustarsi belajar daring 

TRIBUN-PANTURA.COM, BANJARNEGARA -Di desa terpencil Kecamatan Wanayasa, seorang anak minggat dari rumah karena tidak bisa aktif di dunia maya.

Semenjak pandemi hingga pembelajaran dilaksanakan daring, anak itu difasilitasi smartphone oleh orang tuanya.

Hingga bocah lugu itu seketika mahir memainkan jempol di layar android.

Dengan fasilitas itu, ia bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh sesuai kebijakan pemerintah.

Dinkop UKM Kabupaten Tegal Masih Buka Pendaftaran Bantuan UMKM Hingga Tanggal 11 September

Setelah 17 Jam, Kebakaran di Polytron Sayung Berhasil Dipadamkan, Kerahkan 19 Mobil Damkar

Tossa Muatan BBM Terbakar di Jalan Dr Cipto Semarang, Polisi Masih Cari Pemilik Kendaraan

Cara Mencairkan Dana Bantuan Pulsa Rp 400 Ribu untuk PNS.

Masalahnya, internet bukan hanya memberikan dampak positif bagi anak. Efek buruk internet tak kalah mengerikan.

Selesai mengikuti poses pembelajaran online, anak itu enggan meletakkan gadgetnya.

Ia masih asyik berselancar di dunia maya. Memang banyak fitur yang memanjakan anak agar betah menatap layar.

Dari game online yang mengasyikkan, hingga situs-situs jahat yang mudah diakses pengguna.

"Anak itu sering mainan game. Padahal pembelajaran sudah selesai,"kata Wanto warga Kecamatan Wanayasa Banjarnegara, Rabu (2/9)

Pembelajaran online sebenarnya tidak terlalu banyak makan kuota. Yang membuat kuota internet jebol karena terlalu banyak situs dan aplikasi online yang diakses oleh anak, semisal game.

Giliran kuota habis, orang tua lah yang dibuat pusing. Kantong pun cepat kering. Padahal anak itu sudah terbiasa daring. Tetapi ia tak dibelikan kuota orang tuanya.

Karena permintaan tak dituruti, anak itu memilih pergi meninggalkan rumah. Orang tuanya mencari-cari. Tidak ada pesan tertinggal. Tidak diketahui kemana anak itu pergi. Hanphone pun ditinggalkan di rumah. Ada tanda pesan masuk di layar android, namun orang tua tak bisa membuka karena dikunci.

Beruntung, anak itu ketemu. Tapi anak yang mulanya lugu itu kini berani membangkang. Ia berani memberikan ancaman untuk orang tuanya.

"Dia bilang kalau gak dibelikan kuota, akan pergi,"katanya.

DPD PAN Usung Pasangan Fadia-Riswadi di Pilkada Kabupaten Pekalongan

Lupa Mematikan Kompor Saat Memasak, Rumah dan Sepeda Motor di Banyumas Ludes Terbakar

Kasus Covid-19 di Kabupaten Tegal Terus Meningkat, Anak-Anak dan Remaja Rentan Terpapar

Cerita Goa Jepang di Perkebunan Teh Kaligua Brebes, Pabrik Senjata Hingga Tempat Eksekusi

Orang tuanya akhirnya memilih mengalah. Kebutuhan kuota internet sang anak dipenuhi.

Meski di lain sisi, ada keprihatinan mendalam di hati. Begitu cepat perilaku anak berubah, tanpa diketahui siapa yang mengajari.

Siapa yang bertanggung jawab atas perubahan perilaku anak pun sulit diidentifikasi.

Katanya internet seperti pisau, manfaat atau mudaratnya tergantung dari penggunaan alat itu untuk apa. Tapi jika anak yang diberi pisau, sudah jelas amat berisiko.

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved