Berita Slawi
Petugas Pemakaman Covid-19 Dilempar Batu, Bupati: Kami Tidak Ingin Memperpanjang Masalah
Bupati Tegal, Umi Azizah, menanggapi keributan yang sempat terjadi antara warga Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Bupati Tegal, Umi Azizah, menanggapi keributan yang sempat terjadi antara warga Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, dengan tim Gugus Tugas Covid-19.
Keributan yang dipicu kesalahpahaman saat melakukan prosesi pemakaman pasien Suspec Covid-19 bernama Hamam (15) itu membuat beberapa petugas terluka.
Karena akibat kejadian tersebut, dua tenaga medis dari RSUD dr Soeselo Slawi yang kebetulan bertugas, yaitu Ida Wahyu (41) dan Waras (38) mengalami luka-luka bahkan trauma.
• Remaja Hendak Tawuran Justru Menangis Saat Ditangkap New Tim Elang Polrestabes Semarang
• Ini Penyebab Kelangkaan Pupuk di Jateng, Dewan Minta Ada Pengawasan Distribusi
• Ada Potensi Hujan Lebat Disertai Petir di Wilayah Jateng, Berikut Titiknya
• Bukannya Menolong, 5 Pria di Sumatera Selatan Ini Justru Perkosa Wanita Pingsan Hingga Tewas
"Sebetulnya hanya salah paham, karena yang saya tahu itu talinya terlepas dari genggaman, jadi bukan kesengajaan untuk menjatuhkan atau bagaimana."
"Maka dari itu, pengondisian sangat diperlukan terutama bagi warga dan pihak keluarga juga," kata Umi, pada Tribun-Pantura.com, Jumat (25/9/2020).
Ditanya apakah akan ada proses lebih lanjut seperti melapor ke pihak berwajib, Bupati Umi menegaskan, pihaknya tidak akan memperpanjang masalah.
Karena sampai saat ini, kondisinya juga sudah kondusif.
Mengingat pada saat kejadian, aparat langsung turun tangan sehingga sudah tertangani dengan baik.
Sementara itu, Kapolres Tegal, AKBP M. Iqbal Simatupang mengungkapkan, untuk menghindari kejadian seperti yang di Dukuh Sawangan terulang kembali, masyarakat harus diberikan edukasi melalui cara pendekatan yang masif.
Sehingga dari seluruh unsur baik TNI, Polri, Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, Desa, semuanya harus lebih intens lagi mengedukasi masyarakat.
Utamanya tentang penerapan protokol kesehatan dalam proses pemakaman jenazah pasien Covid-19. Baik yang sudah positif, maupun yang masih dalam status Suspec.
"Kami akan terus gencar memberikan edukasi dan mensosialisasikan kepada masyarakat, tentang penerapan protokol kesehatan yang benar seperti apa sampai mereka paham. Sehingga mereka bisa menerima situasi saat ini dan juga berempati," jelasnya.
Kepala Dinkes Kabupaten Tegal, Hendadi Setiadji menambahkan, dalam pelaksanaan proses pemakaman yang biasanya hanya dilakukan oleh tim medis yang bertugas saja, untuk yang di Sawangan kemarin dari pihak keluarga ada yang ingin ikut memakamkan jenazah.
Karena dari pihak keluarga yang ikut memakamkan jenazah tersebut belum terlatih, sehingga terjadilah insiden tali tambang yang dipegang terlepas dari genggaman dan berakibat peti jenazah menjadi miring.
Tim yang bertugas, akhirnya mengambil tindakan dengan menurunkan tali tambang supaya posisi peti kembali seimbang.
Tapi dari pihak keluarga salah paham, dan menganggap tim tidak menghargai jenazah karena seperti melempar peti.
Setelah itu pihak keluarga yang diketahui bernama Abdul Kholik ini, turun ke dalam liang lahat dan emosi sehingga memicu warga yang sedang menyaksikan proses pemakaman mendekat ke area makam.
"Secara prosedur, semuanya yang menjadi pasien Covid-19 dan meninggal dunia, meskipun belum dinyatakan positif Covid-19 atau dalam hal ini masih Suspec, tetap harus menerapkan protokol kesehatan dalam proses pemakamannya. Selain itu, kami juga masih menunggu hasil swab dari Hamam ini, tapi ya semoga saja negatif," tutur Hendadi.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, nasib naas harus dialami oleh dua tenaga medis di RSUD dr Soeselo Slawi, karena harus menjalani perawatan sekaligus mengalami trauma, setelah mendapat perlakuan tidak terduga dari warga dan keluarga pasien Suspec Covid-19 yang meninggal dunia pada Selasa (22/9/2020) lalu.
Adapun kedua tenaga medis yang menjadi korban yaitu Ida Wahyu (41), dan Waras (38). Saat ini keduanya masih dirawat di RSUD dr Soeselo Slawi, dengan kondisi masih trauma.
Dijelaskan oleh Direktur RSUD dr. Soeselo Slawi, Guntur Muhammad Taqwin, Keributan yang terjadi antara warga dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Bumijawa, dengan tim Gugus Tugas Covid-19 Kecamatan Bumijawa, dipicu saat proses pemakaman jenazah Hamam (15), tambang yang dipegang oleh pihak keluarga bernama Abdul Kholik, lepas dari genggaman sehingga peti jenazah menjadi miring.
Saat itu juga yang memegang tali (Abdul Kholik) langsung turun ke liang Lahat, sedangkan yang lainnya secara perlahan melepaskan tali tambang untuk mengimbangi peti jenazah.
Namun tidak diduga, setelah loncat ke bawah liang lahat, Abdul Kholik merusak peti jenazah dan langsung melempar keatas, sambil berteriak "petinya dibanting seperti pemakaman binatang."
Seketika, warga sekitar yang jumlahnya sangat banyak kurang lebih ratusan orang dan sedang menyaksikan proses pemakaman, langsung mendekat ke liang lahat.
• Cara Kirim Aduan Jika Gaji Kamu di Bawah Rp 5 Juta Namun Belum Dapat BLT Subsidi Upah
• Simak Program Tiga Paslon Bupati dan Wakil Bupati Kendal Dalam Kampanye Hari Pertama
• Prakiraan Cuaca di Wilayah Kendal Minggu 27 September 2020, Hujan Ringan Malam Hari
• Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya, Minggu 27 September 2020
Setelahnya mereka menyerang tim pemakaman dari pihak RSUD dr Soeselo Slawi, dan relawan PMI Kecamatan Bumijawa.
Karena terjadi Keributan, Tim pemakaman dari RSUD dr Soeselo Slawi dan PMI Kecamatan Bumijawa, lari dari lokasi kejadian (area pemakaman) menuju mobil untuk melindungi diri dari amukan warga.
Selanjutnya jenazah dimakamkan oleh pihak keluarga dengan tidak menggunakan protokol kesehatan.
"Dua tenaga medis kami yang menjadi korban mengalami luka-luka, seperti untuk Ida mengalami memar di kepala bagian belakang yang menurut informasi terkena lemparan batu. Sedangkan untuk saudara Waras, mengalami luka pada telinga kanan yang benjol, lutut kaki kanan memar, pantat memar, dan pipi kanan lecet. Tidak hanya luka fisik, kedua korban ini juga mengalami trauma yang masih dirasakan sampai sekarang," ungkap Guntur. (dta)