Berita Kriminal

Hanya di Gubuk Bisa Hasilkan Rp21 Miliar, Ternyata Kerjanya Bobol Rekening Nasabah Bank

Hanya di Gubuk Bisa Hasilkan Rp21 Miliar, Ternyata Kerjanya Bobol Rekening Nasabah Bank

Istimewa/net
Ilustrasi rekening bank - Komplotan pembobol rekening bank dengan menggunakan kode OTP bekerja dari gubuk-gubuk di pinggir hutan. Kelompok ini telah membobol ribuan rekening bank dan menimbulkan kerugian hingga Rp21 miliar. 

TRIBUNPANTURA.COM, JAKARTA - Komplotan pembobol nasabah rekening bank bekerja dari gubuk di pinggir hutan.

Komplotan ini berhasil membobol ribuan rekening nasabah bank, dan menimbulkan kerugian hingga 21 miliar rupiah.

Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri meringkus 10 pembobol rekening bank yang bekerja sejak 2017 hingga 2020.

35 Investor Asing Resah atas Pengesahan UU Cipta Kerja, Kirim Surat Terbuka untuk Jokowi

Truk Bertuliskan Pos Indonesia Angkut Kayu Langka Ilegal Tujuan Jepara, Ini Keterangan Polisi

Polri Bentuk Tim Khusus Selidiki Dugaan Perwira Polisi Peras Pengusaha Jamu Cilacap Miliaran Rupiah

Heboh Stand Kuliner Daging Babi di Acara Hijab Fest Semarang, Begini Respon MUI Jateng

Diketahui, jumlah rekening yang dibobol para tersangka berjumlah tidak tanggung-tanggung, yakni 3.070 rekening dengan modus menipu korban demi mendapatkan kode one time password (OTP).

Total kerugian yang diderita para nasabah mencapai Rp21 miliar.

Para tersangka berinisial AY, YL, GS, K, J, RP, KS, CP, PA, dan A diringkus di Tulung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Namun, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono tidak merinci kapan 10 orang tersebut ditangkap.

Kronologi kasus Argo membeberkan, kasus tersebut bermula dari laporan para korban ke Bareskrim pada Juni 2020.

"Dari masyarakat maupun perbankan dan transportasi online mengalami kerugian yang dilaporkan sekitar Rp21 miliar," kata Argo di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (5/10/2020).

Setelah menerima laporan, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri membentuk tim untuk melakukan penyelidikan.

Penyelidikan itu membawa polisi ke 10 pelaku yang melakukan pekerjaan kotornya dari Sumsel.

"Pelaku berjumlah 10 orang. Subuh-subuh sekitar jam 04.00 WIB, para pelaku ini diambil dan tidak melakukan perlawanan," tutur Argo.

Modus operandi

Menurut keterangan polisi, para pelaku membobol atau mengambil alih rekening korban menggunakan kode OTP.

Para tersangka menipu korban untuk mendapatkan kode rahasia tersebut.

"Dia (para tersangka) menelepon ke nasabah bank, minta password-nya dengan alasan sedang perbaikan data identitas, perbaikan sistem, dan sebagainya," ucap Argo.

Menurut dia, seseorang dapat tidak menyadari dirinya sedang ditipu sehingga memberikan kode OTP kepada pelaku.

Padahal, setelah menguasai akun korban, para tersangka mentransfer uang korban ke rekening penampungan.

Argo mengatakan, para tersangka memiliki banyak rekening penampungan.

Rekening penampungan berasal dari warga di sekitar domisili pelaku.

"Hampir satu kampung diminta membuka rekening."

"Ada timnya yang jadi penunjuk, dia yang jalan, memberikan iming-iming agar masyarakat di sekitarnya membuka rekening, itu yang digunakan rekening penampungan," ujar dia.

Setelah terkumpul, ada tersangka yang berperan mengambil uang dari rekening penampungan.

Ada pula tersangka yang bertugas menyiapkan peralatan teknologi.

Adapun pengendali operasi ini adalah tersangka AY.

Uang yang telah ditarik kemudian dibagikan kepada para tersangka.

Kapten atau pengendali operasi mendapatkan 40 persen dan sisanya merupakan jatah pelaku lain.

Menurut keterangan polisi, sindikat ini bekerja secara terstruktur.

Mereka beroperasi dari gubuk-gubuk yang berada di hutan di samping kampung mereka.

Hasil kejahatan Dari informasi yang diperoleh penyidik, para tersangka melakukan aksinya karena motif ekonomi.

Argo menuturkan, pembobolan yang diduga dilakukan para tersangka menjadi pekerjaan sehari-hari yang dilakukan.

"Motifnya untuk ekonomi, tapi setelah dicek, memang benar dia bisa memperbaiki hidupnya, ada rumah yang bagus, punya mobil," ungkap Argo.

Total, menurut polisi, para tersangka telah menggunakan uang dari aksinya tersebut sebesar Rp8 miliar.

Argo mengatakan, uang itu digunakan pelaku untuk kepentingan pribadi, misalnya membeli mobil atau membangun rumah.

Bahkan, polisi menemukan rumah pelaku yang memiliki kolam renang.

Ancaman hukuman Dalam kasus ini, polisi pun menyita barang bukti berupa laptop, telepon seluler, kartu ATM, buku tabungan, dan uang.

Para pelaku dijerat dengan Pasal 30 ayat 1 UU ITE jo Pasal 46 ayat 1 UU ITE dan Pasal 32 jo Pasal 48 UU ITE dan Pasal 363 KUHP. "Ini ancamannya 6 sampai 10 tahun penjara," kata Argo.

Hingga saat ini, polisi mengaku masih menginvestigasi apakah ada tersangka lain dalam kasus ini. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Cerita Pembobol Rekening: Bekerja dari Gubuk, tetapi Punya Rumah dengan Kolam Renang

Buntut Laka Maut Kelompok Remaja Sawah Besar di Sleman, Polisi Perketat Peredaran Miras di Semarang

Cerita Pilu Chen Chen 4 Tahun Huni Rudenim Semarang, Orang Medan Berkewarganegaraan Taiwan

Begal Sadis Tewas Ditembak Petugas, 3 Polisi Terluka Kena Muntahan Timah Panas

UU Cipta Kerja Ditolak Banyak Pihak, Ganjar Dukung Langkah Judicial Review ke MK

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved