Berita Internasional

Ilmuwan Peringatkan Potensi Megatsunami Seiring Mencairnya Lapisan Es di Alaska

Ilmuwan Peringatkan Potensi Megatsunami Seiring Mencairnya Lapisan Es di Alaska

TRIBUNPANTURA.COM - Mencairnya es alaskan memberikan peringatan soal potensi megatsunami yang mungkin terjadi.

Pemanasan global dan perubahan iklim kian mengkhawatirkan karena berkontribusi besar terhadap mencairnya lapisan-lapisan es di kutub Bumi, termasuk Alaska.

Sekelompok ilmuwan telah memperingatkan tentang prospek bencana yang akan datang di Prince William Sound dalam surat terbuka pada Mei lalu yang ditujukan kepada Alaska Department of Natural Resources (ADNR).

Baca juga: 35 Investor Asing Resah atas Pengesahan UU Cipta Kerja, Kirim Surat Terbuka untuk Jokowi

Baca juga: Lantik 28 Pejabat Baru Kota Tegal, Dedy Yon: Harus Inovatif, Jangan Monoton dalam Bekerja

Baca juga: Ratusan Pelayat Mulai Berdatangan di Rumah Duka, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pekalongan Meninggal

Baca juga: Progres Pembangunan GOR Indoor Batang Senilai Rp13,6 Miliar Lambat, Begini Respon Wihaji

Baca juga: Viral Pemuda Ngapak Ngamuk Memaki Polisi saat Razia Masker di Kabupaten Tegal, Begini Faktanya

Dikutip dari Science Alert, Senin (19/10/2020), tsunami dahsyat di Alaska, menurut ilmuwan, dipicu oleh longsoran batu yang tidak stabil setelah pencairan gletser yang kemungkinan besar akan terjadi dalam dua dekade mendatang.

Bahkan, mereka khawatir hal itu dapat saja terjadi dalam 12 bulan ke depan.

Meskipun potensi risiko tanah longsor semacam itu sangat serius, masih banyak yang tidak diketahui tentang bagaimana atau kapan bencana ini bisa terjadi.

Namun, yang jelas, para ilmuwan menyebut pencairan gletser (glacier retreat) di Prince William Sound, di sepanjang pantai selatan Alaska, tampaknya berdampak pada lereng gunung di atas Barry Arm, sekitar 97 km di timur Anchorage.

Berdasarkan analisis citra satelit menunjukkan saat Barry Clacier longsor dari Barry Arm karena terus mencair, bekas longsoran batu yang disebut scarp akan muncul di permukaan gunung di atasnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa tanah longsor telah terjadi di atas fjord secara bertahap dan bergerak lambat, tetapi jika permukaan batu tiba-tiba memberi jalan, konsekuensinya bisa mengerikan.

Meski lokasinya terpencil, kawasan ini cukup sering dikunjungi oleh kapal komersial untuk rekreasi, termasuk kapal pesiar.

"Awalnya, sulit mempercayai angka-angka tersebut," kata ahli geofisika Chunli Dai dari Ohio State University mengatakan kepada NASA Earth Observatory.

Dia mengatakan, berdasarkan ketinggian endapan di atas air, volume tanah yang tergelincir, serta sudut kemiringan, dia menghitung bahwa keruntuhan tersebut setidaknya akan melepaskan 16 kali lebih banyak puing.

"Dan 11 kali lebih banyak energi daripada longsor yang terjadi di Teluk Lituya di Alaska pada tahun 1958 dan megatsunami," kata Dai.

Apabila perhitungan tersebut tepat, akibatnya mungkin tidak terpikirkan.

Sebab, seperti peristiwa yang terjadi di Alaska pada tahun 1958, pernah disamakan oleh saksi mata dengan ledakan bom atom.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved