Berita Temanggung
Pengelola Objek Wisata di Temanggung Perketat Protokol Kesehatan, Hindari Munculnya Klaster Piknik
Pengelola Objek Wisata di Temanggung Perketat Protokol Kesehatan, Hindari Klaster Wisatawan
Penulis: Saiful Masum | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNPANTURA.COM, TEMANGGUNG - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Temanggung akan memperketat protokol kesehatan di sejumlah objek wisata, guna menghindari munculnya klaster piknik pascalibur panjang.
Hal tersebut guna menyambut libur panjang akhir Oktober ini yang dimungkinkan terjadi lonjakan wisatawan di sejumlah pariwisata untuk berlibur sejenak.
Kepala Dinbudpar Kabupaten Temanggung, Edy Cahyadi mengatakan, pada prinsipnya semua pengelola tempat wisata di Temanggung patuh dengan prosedur dan arahan pemerintah terkait penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Baca juga: Klaster Piknik Covid-19 Temanggung, 10 Orang Positif 1 Meninggal setelah Wisata ke Banjarnegara
Baca juga: Rumah Sakit Darurat Covid-19 Kabupaten Pekalongan Penuh, Dinkes: Nanti Disatukan di Ruangan
Baca juga: Libur Panjang Maulid Nabi, Polda Jateng Gelar Operasi Zebra 14 Hari, Ini Pelanggaran yang Ditindak
Baca juga: Oknum Kades di Grobogan Terlibat Judi, Jadu Buronan lalu Serahkan Diri, Terancam 10 Tahun Penjara
Hal tersebut terbukti hingga saat ini tidak terjadi klaster penyebaran Covid-19 di kalangan wisatawan.
Pihaknya telah mengimbau kepada para pengelola objek wisata yang ada untuk mengantisipasi banyaknya masyarakat yang akan berlibur pada momen libur panjang nanti.
"Selain maksimalkan pengelolaan tempat wisata, kita juga perketat protokol kesehatannya."
"Kemarin sudah ada bantuan alat pelindung diri dari Disporapar Jateng di Posong, dan kita coba tambah yang lainnya," terangnya di Temanggung, Minggu (25/10/2020).
Terpisah, Kepala Disporapar Jateng, Sinoeng Nugroho Rachmadi mengatakan, guna mengantisipasi lonjakan wisatawan di Jateng pada akhir Oktober nanti, pihaknya telah mengintruksikan para pengelola tempat wisata agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Termasuk harus bisa menolak wisatawan guna membatasi jumlah pengunjung.
"Kita tidak melarang mobilitas warga (untuk) berlibur. Namun, kita harus terapkan betul protokol kesehatannya," ujarnya.
Sinoeng menuturkan, efek pandemi Covid-19 berdampak pada dunia pariwisata sejak Maret lalu.
Sebanyak 690 daya tarik wisata di Jateng lesu dalam beberapa bulan.
Bahkan semua pariwisata yang ada harus ditutup karena lonjakan kasus Covid-19.
Sinoeng bersyukur, dibukanya era new normal membuat secercah harapan dunia wisata untuk bangkit secara perlahan.
Katanya, kini 60 persen tempat wisata di Jateng sudah membuka fasilitas dan wahananya.
Puluhan tempat wisata juga dalam proses perijinan dan simulasi pembukaan.