Berita Pendidikan
12 November, Jenderal Soedirman Diangkat Jadi Panglima Pertama Tentara, Hari Ini 75 Tahun yang Lalu
12 November, Jenderal Soedirman Diangkat Jadi Panglima Pertama Tentara, Hari Ini 75 Tahun yang Lalu
TRIBUNPANTURA.COM - Ada sejumlah peristiwa penting yang terjadi pada 12 November, baik di Tanah Air maupun di mancanegara.
Di antaranya adalah peringatan Hari Ayah Nasional dan Jenderal Besar Soedirman diangkat jadi panglima tentara pertama.
Jenderal Soedirman diangkat jadi panglima tentara pertama pada 12 November 1945 atau 75 tahun silam.
Baca juga: 12 November Diperingatai sebagai Hari Ayah Nasional, Ini Sejarah di Balik Penetapannya
Baca juga: YouTube Sempat Down Pagi Ini, Tak Bisa untuk Memutar Video, Begini Penjelesannya
Baca juga: Realisasi Investasi Kabupaten Tegal Tertinggi se-Jateng, 900 Persen dari Target, Capai Rp7,69 T
Baca juga: Profil Singkat 6 Tokoh yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional pada Peringatan Hari Pahlawan 2020
Pahlawan Nasional ahli taktik perang gerilya itu diangkat jadi panglima tentara pertama --waktu itu bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR)-- setelah dalam pemilihan meraup suara terbanyak.
Dilansir dari id.wikipedia.org Panglima Besar Jenderal Soedirman yang kala itu masih berusia 29 tahun meraup 22 suara, unggul tipis atas 'rival'-nya, Oerip Soemohardjo.
Para komandan divisi Sumatra semuanya memilih Soedirman.
Biogarfi singkat
Soedirman lahir dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem saat pasangan ini tinggal di rumah saudari Siyem yang bernama Tarsem di Rembang, Bodas Karangjati, Purbalingga, Hindia Belanda.
Tarsem sendiri bersuamikan seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo.[b][c][1][2] Menurut catatan keluarga, Soedirman –dinamai oleh pamannya– lahir pada Minggu pon di bulan Maulud dalam penanggalan Jawa; pemerintah Indonesia kemudian menetapkan 24 Januari 1916 sebagai hari ulang tahun Soedirman.
Karena kondisi keuangan Cokrosunaryo yang lebih baik, ia mengadopsi Soedirman dan memberinya gelar Raden, gelar kebangsawanan pada suku Jawa.
Soedirman tidak diberitahu bahwa Cokrosunaryo bukanlah ayah kandungnya sampai ia berusia 18 tahun.
Setelah Cokrosunaryo pensiun sebagai camat pada akhir 1916, Soedirman ikut dengan keluarganya ke Manggisan, Cilacap. Di tempat inilah ia tumbuh besar.
Di Cilacap, Karsid dan Siyem memiliki seorang putra lain bernama Muhammad Samingan.
Karsid meninggal dunia saat Soedirman berusia enam tahun, dan Siyem menitipkan kedua putranya pada saudara iparnya dan kembali ke kampung halamannya di Parakan Onje, Ajibarang.
Soedirman dibesarkan dengan cerita-cerita kepahlawanan, juga diajarkan etika dan tata krama priyayi, serta etos kerja dan kesederhanaan wong cilik, atau rakyat jelata.
Untuk pendidikan agama, ia dan adiknya mempelajari Islam di bawah bimbingan Kyai Haji Qahar; Soedirman adalah anak yang taat agama dan selalu shalat tepat waktu.
Ia dipercaya untuk mengumandangkan adzan dan iqamat.
Saat berusia tujuh tahun, Soedirman terdaftar di sekolah pribumi (hollandsch inlandsche school).
Meskipun hidup berkecukupan, keluarga Soedirman bukanlah keluarga kaya.
Selama menjabat sebagai camat, Cokrosunaryo tidak mengumpulkan banyak kekayaan, dan di Cilacap ia bekerja sebagai penyalur mesin jahit Singer.
Pada tahun kelimanya bersekolah, Soedirman diminta untuk berhenti sekolah sehubungan dengan ejekan yang diterimanya di sekolah milik pemerintah; permintaan ini awalnya ditolak, namun Soedirman dipindahkan ke sekolah menengah milik Taman Siswa pada tahun ketujuh sekolah.
Pada tahun kedelapan, Soedirman pindah ke Sekolah Menengah Wirotomo[e] setelah sekolah Taman Siswa ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar karena diketahui tidak terdaftar.
Kebanyakan guru Soedirman di Wirotomo adalah nasionalis Indonesia, yang turut mempengaruhi pandangannya terhadap penjajah Belanda.
Setelah lulus dari Wirotomo, Soedirman belajar selama satu tahun di Kweekschool (sekolah guru) yang dikelola oleh Muhammadiyah di Surakarta, tetapi berhenti karena kekurangan biaya.
Pada 1936, ia kembali ke Cilacap untuk mengajar di sebuah sekolah dasar Muhammadiyah, setelah dilatih oleh guru-gurunya di Wirotomo.
Awal masuk milliter
Sewaktu pendudukan Jepang, sekolah tempat Soedirman mengajar di Cilacap ditutup dan dialih fungsikan menjadi pos militer; ini adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menutup sekolah-sekolah swasta.
Setelah Soedirman berhasil meyakinkan Jepang untuk membuka kembali sekolah, ia dan guru lainnya terpaksa menggunakan perlengkapan standar.
Selama periode ini, Soedirman juga terlibat dalam beberapa organisasi sosial dan kemanusiaan, termasuk sebagai ketua Koperasi Bangsa Indonesia.
Hal ini membuatnya semakin dihormati di kalangan masyarakat Cilacap.
Pada awal 1944, setelah menjabat selama satu tahun sebagai perwakilan di dewan karesidenan yang dijalankan oleh Jepang (Syu Sangikai), Soedirman diminta untuk bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA).
Jepang sendiri mendirikan PETA pada Oktober 1943 untuk membantu menghalau invasi Sekutu,[41] dan berfokus dalam merekrut para pemuda yang belum "terkontaminasi" oleh pemerintah Belanda.
Meskipun sempat ragu-ragu, terutama karena cedera lutut yang dialaminya ketika masih remaja, Soedirman akhirnya setuju untuk memulai pelatihan di Bogor, Jawa Barat.
Sehubungan dengan posisinya di masyarakat, Soedirman dijadikan sebagai komandan (daidanco) dan dilatih bersama orang lain dengan pangkat yang sama.
Setelah berita tentang pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mencapai Hindia pada awal Agustus 1945, yang kemudian diikuti oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus, kontrol Jepang sudah mulai melemah.
Soedirman memimpin pelarian dari pusat penahanan di Bogor.
Meskipun rekannya sesama tahanan ingin menyerang tentara Jepang, Soedirman menentang hal itu.
Setelah memerintahkan yang lainnya untuk kembali ke kampung halamannya, Soedirman berangkat menuju Jakarta dan bertemu dengan Presiden Soekarno. (*)
Baca juga: 282 Petugas Medis dan Kesehatan Wafat karena Covid, Tim Mitigasi IDI: Mereka adalah Pahlawan
Baca juga: Gatot Nurmatyo Tolak Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera? Tak Hadiri Penganugerahan di Istana
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Banyumas Kembali Naik, Jam Malam Kembali Berlaku Pukul 20.00 WIB
Baca juga: Pohon Beringin Berusia Ratusan Tahun di Prawoto Pati Tumbang, Timpa Kanopi Toko Milik Warga