Berita Sukoharjo
Desa Jatisobo Sukoharjo, Desa Inklusif di Jateng yang Lindungi Kelompok Rentan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggalakan Desa Inklusif.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG- Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggalakan Desa Inklusif.
Pembentukan desa in bertujuan untuk melindungi kelompok rentan.
Di Jawa Tengah, Desa Jatisobo Kabupaten Sukoharjo diresmikan menjadi Desa Inklusif. Yang dimaksud kelompok rentan yakni lansia, anak, masyarakat ada, penghayat, difabel, dan lainnya.
Baca juga: Menegangkan, Aksi Kejar-kejaran Polisi dan Pengedar Narkoba di Purbalingga
Baca juga: DJKI Gandeng Universitas PGRI Semarang untuk Optimalkan Pemanfaatan Ekonomi Tiap Hasil Penelitian
Baca juga: Update Virus Corona di Kabupaten Pekalongan Jumat 20 November, Tembus 661 Kasus Terkonfirmasi
Baca juga: Akan Diguyur Hujan pada Sore Hari, Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya
Peresmian dilakukan Mendes PDTT, Abdul Halim Iskandar dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Balai Desa Jatisobo, Kamis (19/11/2020).
Desa binaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, Keluarga Alumni Gadjah Mada (Kagama), bersama Kemendes PDTT ini diharapkan mampu menjadi percontohan Desa Inklusif di Indonesia.
"Saya sangat senang, bangga sekaligus bahagia dengan pencanangan Desa Jatisobo menjadi Desa Inklusif. Karena, Desa Inklusif sangat dibutuhkan di Indonesia dan harus terus dikembangkan," kata Abdul Halim Iskandar, dalam keterangan tertulis, Kamis.
Desa ini, lanjutnya, merupakan representasi dari kebhinekaan bangsa Indonesia. Semua perbedaan yang ada di desa tidak menghalangi masyarakatnya untuk bersama- sama membangun.
"Kalau semua (masyarakat) desa di Indonesia ini saling menghormati, menghargai, mengakomodasi, saling memiliki dan semuanya terlibat, maka akan sangat indah. Siapapun dia, tanpa memandang apa warna kulitnya, sukunya, apakah difabel atau tidak, semuanya dapat berkontribusi membangun desanya masing-masing," ujarnya.
Desa ini akan dijadikan proyek percontohan atau pilot project untuk program Desa Inklusif. Desa lain bisa melakukan replikasi sesuai kearifan lokal yang ada.
Pelaksanaan Desa Inklusif bisa ditempuh melalui tiga jalan yaitu kebudayaan, demokrasi, dan pembangunan partisipatif.
Jalan kebudayaan mengacu pada penetapan nilai-nilai inklusi sosial sebagai perspektif dan perilaku kolektif warga. Lalu, jalan demokrasi meliputi perluasan partisipasi kelompok rentan dan marjinal.
Kemudian, jalan pembangunan partisipatif memastikan keterlibatan kelompok tersebut dalam semua tahapan pembangunan dari perencanaan hingga evaluasi.
Sementara, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), Ganjar Pranowo, menambahkan desa-desa lain di Jateng dapat mereplikasi metode Desa Inklusif.
"Tentu saja yang paling penting dari desa inklusif ini adalah semua terlibat. No one left behind, jadi semuanya dilibatkan khususnya penyandang disabilitas, kelompok perempuan dan anak," jelasnya.
Dengan konsep desa inklusif itu, Ganjar berharap desa-desa di Jateng dan Indonesia bisa membangun desanya dengan bersama-sama. Tidak ada lagi bicara soal apa suku, agama, ras, bahkan kondisi fisik.