Berita Kendal

Perajin Tahu Tempe Dapat Subsidi saat Beli Bahan Baku Kedelai

Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).

Editor: Rival Almanaf
Istimewa
Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi melaunching operasi pasar kedelai di Weleri, Jumat (8/1/2021). 

TRIBUN-PANTURA.COM, KENDAL - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) dan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar Operasi Pasar Kedelai di Weleri Kendal, Jumat (8/1/2021).

Operasi pasar dimaksudkan untuk memantau serta mencarikan solusi agar harga bahan baku kedelai kembali stabil. 

Juga untuk membantu perajin tahu dan kedelai agar tetap produksi di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Komnas HAM Ungkap Temuan di KM 50: Penembakan 6 Laskar FPI Pengawal Rizieq Melanggar HAM

Baca juga: Ini Profil 5 Nama Calon Kapolri yang Diserahkan Kompolnas ke Presiden Jokowi

Baca juga: Undip Panggil Pemilik Akun Twitter yang Unggah Kebocoran Data 125.000 Mahasiswa

Baca juga: Kompolnas Serahkan 5 Nama Calon Kapolri ke Presiden, Semuanya Jenderal Polisi Bintang Tiga

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi mengatakan, operasi pasar kedelai dilakukan dengan menjual kedelai dengan memberikan subsidi Rp 1.000 kepada perajin tahu dan tempe.

Sehingga, para perajin yang tadinya membeli kedelai impor dengan harga Rp 9.500 menjadi Rp 8.500 per kilogram.

Kata Agung, subsidi harga ini diberikan selama 100 hari kedepan atau tiga bulan selagi Kementan bersama petani tengah mepersiapkan benih kedelai.

Harapannya, usai subsidi selesai, stok kedelai petani sudah ada hasil panen selama 3,5 bulan tanam.

"Dengan ini diharapkan subsidi kedelai impor selesai. Nantinya digantikan dengan kedelai lokal yang harganya bisa bersaing dengan kedelai impor," terangnya usai operasi pasar kedelai di Weleri.

Agung mengatakan, subsidi kedelai impor ini dilakukan untuk menyelamatkan perajin tahu dan tempe agar tetap produksi.

Juga mengatasi kelangkaan stok tahu dan tempe karena banyaknya perajin yang mengurangi produksinya.

Lebih lanjut, ke depan, Kementan akan menjadikan kedelai sebagai komoditas pangan.

Artinya, pergerakan stok kedelai nantinya akan diawasi keberadaan dan harganya sebagaimana komoditas pangan lainnya. 

Hal tersebut mengingat tahu dan tempe merupakan makanan pokok sehari-hari masyarakat Indonesia.

Dan tetap harus diproduksi dengan menyesuaikan tingkat kebutuhan yang ada, bukan malah mengurangi jumlah produksi atau ukurannya. 

"Salah satunya adalah mendekatkan importir dan distributor kedelai dengan para perajin. Sehingga bisa memangkas biaya produksi," paparnya.

Kata Agung, tingginya harga kedelai impor lantaran adanya pesanan besar-besaran oleh negara China.

Sementara kedelai impor Indonesia bergantung dari negara Amerika, Kanada dan Brazil.

Ketua Pusat Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Puskopti) Jateng, Sutrisno Supriantoro menjelaskan,  dari para perajin sendiri awalnya meminta subsidi harga di angka Rp 2.000. Karena sebelumnya, harga kedelai impor dibandrol Rp 6.000 - Rp 7.000 per kilogram.

"Namun tetap bersyukur karena subsidi harga Rp 1.000 sudah bagus untuk membantu kebutuhan perajin," jelasnya. 

Ketua Primer Koperasi Produsen Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kendal, Rifai mengatakan dengan adanya bantuan subsidi harga ini diharapkan dapat meringankan beban biaya produksi para perajin tempe tahu di Kendal.

Baca juga: Siasat Perajin Tahu di Tegal Bertahana di Tengah Mahalnya Harga Kedelai: Kurangi Produksi

Baca juga: Ucapkan Terima Kasih, Pengacara Baasyir: Kami Tak Mau Ada Persoalan seperti Habib Rizieq

Baca juga: Talut di Kutorojo Kabupaten Pekalongan Longsor, Tutup Jalan Desa Nyaris Timpa Rumah Warga

Katanya, selama ini perajin tahu dan tempe mengalami kenaikan biaya produksi hingga 25 persen. Banyak perajin yang akhirnya mengurangi jumlah produksi dengan mempertimbangkan alokasi modal yang ada.

"Ada yang biasanya produksi 1 kwintal kedelai per hari, sekrang hanya 75 kilogram kedelai. Ada juga yang mengurangi ukuran produknya," tutur Rifai.

Seorang perajin tempe di Desa Penaruban Weleri, Tiban mengaku naiknya harga kedelai yang cukup tinggi ini memberatkan bagi perajin tempe. Ia pun terpaksa mengurangi produksi tempe supaya tidak mengalami kerugian. 

Untuk menjaga pelanggan, lanjut Tiban, dirinya terpaksa mengurangi ukuran tempe dari ukiran sebelumnya. Langkah ini digunakan untuk menyiasati produksi agar tidak menaikkan harga tempe kepada para konsumen. "Kalau harga dinaikkan, para pelanggan biasanya protes. Maka solusinya dengan memperkecil ukuran supaya tidak rugi," terangnya. (Sam)
 

--

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved