Kuliner Daerah
Menikmati Ayam Bakar Mak Gogok di Blora, Kuliner Legendaris Berawal dari Centong Kayu
Menikmati Ayam Bakar Mak Gogok di Blora, Kuliner Legendaris Berawal dari Centong Kayu
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: yayan isro roziki
Saat ada tamu, sang nenek memilih untuk memasak sendiri makanan yang disajikan sebagai jamuan.
Sarti yang kerap menemani neneknya, akhirnya lambat laun tahu bagaimana rahasia memasak dan bumbu yang menyertainya.
Sarti yang mendampingi menjelang akhir masa hidup sang nenek akhirnya mendapat pesan agar kelak membuka usaha warung.
Pesan itu dibarengi dengan warisan berupa resep dan sebuah centong kayu.
"Kamu kelak bukalah warung, pasti laku," kata Sarti menirukan pesan sang nenek kala itu.

Selain resep yang diwarisi dari neneknya, penamaan warung Mak Gogok juga datang dari sana. Kata Sarti, Gogok merupakan panggilan neneknya kepada anak sulung Sarti yang bernama Gemi.
"Anak saya yang pertama itu namanya Gemi, tapi mbah saya atau buyut anak saya itu manggilnya Gogok. Jadi Mak Gogok itu ibunya Gogok," ujar dia.
Seperti keberuntungan, resep dan nama warungnya itu telah membawa Sarti dikenal sebagai maestro ayam bakar di Blora. Bahkan setiap penikmatnya akan selalu terngiang akan rasa dan sedapnya olahan Sarti.
Dibakar dua kali
Untuk menyajikan ayam bakar, Sarti kini dibantu oleh tiga orang di warungnya. Masing-masing memiliki tugas berbeda.
Ada yang siaga di depan tungku pembakaran, bertugas di kasir, dan yang satu lagi siaga menyajikan hidangan ke meja pelanggan.
Untuk sampai ke meja setiap penikmatnya, ayam bakar Mak Gogok melalui berbagai tahapan.
Pertama setelah disembelih, seekor ayam kampung utuh dibersihkan kemudian langsung dibakar di atas tungku.
Pembakaran masih tradisional menggunakan kayu. Sekira 15 menit, ayam diangkat baru diungkep bersama bumbu rempah-rempah.
Proses inilah yang kemudian menjadikan ayam bakar begitu khas dan nikmat saat disantap.