Berita Tegal
Kisah Kapsin Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang di Tegal, Tak Surut Diterpa Panas & Hujan
Kisah Kapsin Penjaga Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang di Tegal, Tak Surut Diterpa Panas & Hujan
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Sosok penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Kota Tegal, mendapatkan banyak pujian warganet di media sosial Facebook.
Dia adalah Kapsin (50), warga Kelurahan Debong Tengah, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.
Betapa tidak, Kaspin tetap setia menjaga perlintasan tanpa palang pintu, tak surut meski diterpa panas dan hujan.
• Pascarevisi UU Perkawinan, Angka Pernikahan Dini di Batang Malah Melonjak, hingga 200 Persen
• Demokrat Jateng 100 Persen Dukung AHY, Rinto Subekti: Tetap Solid, Tak Terpengaruh Isu Kudeta
• Sabun Herbal Karya Shany Warga Kabupaten Tegal Ini Diklaim Bisa untuk Pengobatan Ruqyah
• Gerakan Jateng di Rumah Saja, Pedagang Solo: 2 Hari Tutup Pas Ramai-ramainya, Kurang Cocoklah
Cerita tentang sosoknya dibagikan oleh akun bernama Santi Ummie'y Haqi di grup Info Seputar Tegal.
Dia mendapat banyak pujian dari warganet anggota grup.
Akun Hardhian menuliskan: 'Ibadahmu luar biasa pak de'.
Kemudian ada juga komentar mendoakan seperti yang ditulis Kyky Nur Rizki: 'Semoga jadi ladang amal jariyahnya si bapa tersebut, amin'.
Ditemui tribunpantura.com, Kapsin bercerita, ia menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu sudah setahun lebih.
Mulanya ia hanya menggantikan temannya.
Namun kemudian ia merasa terpanggil menjaga perlintasan untuk keselamatan pengendara.
Kapsin mengatakan, meski tidak ada bayarannya, dia mengaku ikhlas.
Ia juga terkadang membantu gerobak atau pengendara sepeda motor pembawa muatan yang kesulitan melintas karena harus menanjak.
"Iya gak papa (red, tanpa bayaran). Paling kadang ada yang ngasih uang atau rokok."
"Ikhlas tujuan saya itu. Menolong untuk membantu kelancaran," katanya, Rabu (3/2/2021).
Kapsin mengatakan, tiap harinya ia menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu mulai pukul 06.00 WIB.
Pada jam itu ia menjaga melintasnya kereta api pembawa tangki bensin.
Ia sendiri menjaga perlintasan kereta api terakhir pukul 23.00, menjaga melintasnya KA Kamandaka.
Namun saat tidak ada jadwal kereta api melintas, ia pulang untuk salat dan istirahat.
Terlebih rumahnya hanya berjarak sekira 200 meter dari perlintasan kereta api.
"Setiap hari saya ke sini, nunggu kedatangan kereta. Kereta sudah lewat, ada kelonggaran, saya pulang," ujarnya.
Kapsin mengatakan, sebelum menjaga perlintasan kereta api, ia bekerja sebagai karyawan di toko meubel.
Tapi ia memilih untuk menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Ia mengatakan, saat ini pun ia menerima pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah.
Jika ada pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah diterimanya.
Namun jika tidak bisa, maka ditolaknya.
"Kalau ada yang mempercayai kerja, saya bawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Kalau gak mau ya tidak," jelasnya.
Seorang warga, Sawi (47) mengatakan, warga sekitar merasa terbantu dengan kehadiran Kapsin.
Pengendara sepeda motor juga merasa aman saat melintas.
Sawi mengatakan, Kapsin setiap hari pasti berjaga di perlintasan kereta api tanpa palang tersebut.
Bahkan saat hujan pun tetap berjaga dengan menggunakan jas hujan dan payung.
"Jadi aman dan jarang ada kecelakaan. Hujan deras juga tetap ada. Dia pakai jas hujan dan payung," katanya. (fba)
• Suara Dentuman Keras di Malang Berasal dari Erupsi Gunung Raung? Begini Keterangan PVMBG
• Sepanjang 2020, Sumur Minyak Tua di Lapangan Ledok Blora Mampu Hasilkan 60 Ribu Barel
• Sungai Sengkarang Kembali Telan Korban, Alif Hanyut saat Ingin Selamatkan Tas yang Jatuh ke Kali
• Kapolres Pemalang Minta Aktifitas Penambangan di Sekitar Aliran Sungai Dihentikan saat Cuaca Buruk