Berita Jateng

GKMI Tanjungkarang Siapkan Tempat Tidur dan Makanan untuk Korban Banjir di Kudus

Tanpa memandang agama, Gereja Kristen Muria Indonesia‎ (GKMI) Tanjungkarang membuka tempat pengungsian bagi warga terdampak banjir.

Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/RAKA F PUJANGGA
Nusrotul Nikmah (27), warga Desa Tanjungkarang‎, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus tengah salat di GKMI Tanjungkarang, Kamis (11/2/2021). 

TRIBUNPANTURA.COM, KUDUS -  Tanpa memandang agama, Gereja Kristen Muria Indonesia‎ (GKMI) Tanjungkarang membuka tempat pengungsian bagi warga terdampak banjir.

‎Tak hanya menyediakan tempat tidur, dan kebutuhan makanan selama pengungsi berada di sana.

‎Pengurus GKMI Tanjungkarang, Budi Pujiono juga memberikan tempat khusus untuk menunaikan ibadah salat. Pasalnya, kebanyakan pengungsi memeluk agama Islam.

"70 persen pengungsi ini muslim, sisanya 30 persennya merupakan jemaat kami," jelas dia, Kamis (11/2/2021).

Dia menceritakan, tidak memandang pengungsi dari agamanya. Sehingga pihaknya terbuka bagi siapapun yang ingin mengungsi di sana.

"Kami toleran kepada siapapun yang membutuhkan tempat pengungsian kami siap," ujar dia.

Budi menjelaskan, GKMI Tanjungkarang sudah mulai membuka tempat pengungsian sejak tahun 1970-an.

Namun, terhenti pada tahun 1990-an karena kondisi gereja yang lebih rendah daripada jalan. 

"Jadi sejak 1990 kami tidak bisa membuka tempat pengungsian. Baru kali ini kami bisa buka lagi tempat pengungsian saat banjir karena sudah ditinggikan tahun 2020," ujarnya.

Menurutnya, sebelum ditinggikan kondisi gereja berada 65 sentimeter (cm) dari jalan. Namun pihaknya sudah meninggikannya hingga dua meter.

"Sekarang ketinggian gereja suda‎h 135 cm di atas jalan. Kalau banjir sudah tidak masuk ke dalam," ujarnya.

‎Sehingga, gereja yang sudah 20 tahun tidak bisa melayani pengungsian karena lokasinya yang terendam banjir.

Kini gereja bisa kembali melayani masyarakat sekitar yang kesulitan memperoleh tempat pengungsian.

"Sudah 20 tahun lalu kami tidak bisa melayani pengungsian. Tapi mulai sekarang kami sudah bisa," ujar dia.

Saat ini terdapat 48 jiwa dari 14 kepala keluarga (KK) yang tinggal di tempat pengungsian sejak 31 Januari 2021. Pengungsi tinggal di ruangan aula yang tidak dipakai untuk kegiatan ibadah.

"Kapasitasnya kalau penuh maksimal bisa sampai 100 orang. Tapi ini yang di sini sudah ada 48 orang, ujarnya.

Dia memprediksikan, banjir akan selesai pada akhir bulan Februari 2021. Butuh waktu lama agar banjir hilang karena kondisi wilayahnya merupakan cekungan.

"Yang sudah-sudah itu sampai satu bulan. Jadi kemungkinan ini sampai akhir bulan Februari 2021," ujar dia.

Pihaknya menyediakan seluruh kebutuhan makan pengungsi ‎sebanyak tiga kali dalam sehari.

Semua bantuan yang diberikan pengungsi merupakan swadaya dari ‎jemaat dan kas gereja.

"Bantuan pemerintah masuknya ke kelenteng, biasanya kalau butuh kami ambil ke sana. Tapi kalau kebanyakan kami swadaya sendiri," jelas dia.

Sementara itu, Nusrotul Nikmah (27), warga Desa Tanjungkarang‎, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus mengatakan selama dua bulan terakhir sudah empat kali diterjang banjir.

Namun banjir yang datang terakhir cukup tinggi sehingga membuatnya terpaksa mengungsi.

"Ketinggian di rumah sampai 70 cm, kalau di jalan sampai satu meter. Makanya saya sekeluarga mengungsi," ujar dia.

Dia mengungsi bersama suami, dua anak dan mertuanya untuk terhindar dari banjir.

Keluarganya juga tidak mempersoalkan karena lokasinya di gereja karena tetap disediakan tempat salat.

"Saya di sini masih bisa beribadah. Jadi tidak ada masalah, apalagi lokasi terdekat dari rumah," ujar dia.

Selain mendapatkan bantuan logistik makanan, terdapat dokter yang bertugas memeriksa kesehatannya.

"Pagi dan sore ada dokter yang datang, makan juga tercukupi, ibadah juga bisa jadi tidak masalah," ucap dia. (raf)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved