Berita Jateng

GP Ansor Semarang Laporkan Penerbit Tiga Serangkai ke Polda Jateng, Ihwal Buku Ajar Intoleran

GP Ansor Semarang Laporkan Penerbit Tiga Serangkai ke Polda Jateng, Ihwal Buku Ajar mengandung muatan Intoleransi dan muatan radikalisme

Tribunpantura.com/Raka F Pujangga
Ketua GP Ansor Semarang, Rahul Saiful Bahri, tunjukan buku pelajaran yang mengarah radikalisasi dan intoleran terbitan Tiga Serangkai (TS). 

TRIBUNPANTURA.COM, SEMARANG - Gerakan Pemuda (GP) Ansor) Semarang, melaporkan Penerbit Tiga Serangkai Solo, ke Polda Jateng, atas dugaan menyebarkan paham intoleransi dan radikalsime.

Serta, diduga berafiliasi dengan oraganisasi masyarakat (ormas) terlarang, yakni Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Dugaan tersebut, berdasar pada temuan dalam buku ajar siswa untuk pelajaran agama Islam tingkat sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Baca juga: Resah Soal Buku Ajar Pak Ganjar 8 Pegowes Temanggung Datangi Penerbit Tiga Serangkai di Solo

Baca juga: Namanya Disebut di Buku Ajar Siswa Tak Salat dan Tak Kurban, Ganjar: Mungkin Harus Sembelih Sapi

Baca juga: Kasus Buku Ajar Pak Ganjar Tak Pernah Salat Dilaporkan ke Polisi, Gubernur Jateng: Biasa Saja

Baca juga: Hari Ini, Peringatan Hari Toleransi Internasional: Rayakan Hidup Berdampingan, Lawan Intoleransi

Ketua GP Ansor Jateng, Rahul Saiful Bahri mengatakan pada buku pelajaran terbitan Tiga Serangkai (TS) untuk kelas XII (3 SMA) mengarahkan siswa untuk membuka dan membaca pada link  yang mengarah radikalisme. 

"Pada link tersebut setelah kami cek dalamnya adalah HTI, dan terakhir kami cek masih aktif," ujarnya.

Link yang dimaksud adalah dakwatuna.com, yang diketahui berafiliasi dengan HTI, yang oleh pemerintah telah dinyatakan seabai ormas terlarang.

Ia meminta  kepada kepolisian, dari laporan yang dilayangkannya dapat mengevaluasi buku tersebut.

Namun jika buku itu masih beredar, polisi harus menariknya dari peredaran.

Wakil Ketua GP Ansor Jateng, Abdul Azis menambahkan tidak hanya buku kelas XII atau tiga SMA saja yang dipermasalahkan.

Pihaknya mempermasalahkan adanya framing pada buku pelajaran agama Islam kelas 3 SD.

"Pada buku itu ada seorang kiai dan santri yang diframing penakut. Kemudian membandingkan orang salat dan tidak salat," tuturnya.

Menurut dia, jika berbicara nilai ke-Indonesiaan, buku itu dapat membangun narasi negatif anak-anak terhadap masyarakat yang non-muslim.

Dirinya tidak ingin muncul nilai-nilai kebencian yang ditanamkan kepada anak-anak.

"Hal ini menimbulkan keresahan-keresahan dari beberapa tokoh, "imbuhnya.

Ia mengatakan sekecil apapun yang mengarah pada nilai-nilai intoleran dan radikalisme, GP Ansor berperan sebagai kontrol sosial.

Halaman
12
Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved