Berita Tegal

Jadi Simbol Gotong Royong, 4 Tradisi Ini Masih Eksis di Masyarakat Nelayan Kota Tegal

Jadi Simbol Gotong Royong, 4 Tradisi Ini Masih Eksis di Masyarakat Nelayan Kota Tegal

dok. tribunjateng
Ratusan Nelayan Tegal Ikuti Larung Sedekah Laut di Pantai Tegalsari, Rabu 12 November 2014 

Penulis: Fajar Bahruddin Achmad 

TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Kehidupan masyarakat di Indonesia tidak bisa lepas dari yang namanya tradisi. 

Ya, tradisi adalah kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih eksis hingga sekarang. 

Begitu juga untuk Tegal, daerah yang disebut sebagai Kota Bahari.

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Nelayan Kota Tegal Rami-ramai Jemur Rebon di Jalan Lingkar Utara

Baca juga: Tolak Impor Garam, Serikat Nelayan NU Kritik Pemerintah: Kuncinya di Petani, Bukan Importir Garam

Baca juga: Langka, Ada Pohon Kelapa Gading Bercabang 9 di Jepara, Pemilik: Tanaman Turun Temurun

Baca juga: Dua Bocah Tewas di Lubang Galian C, DPRD Pemalang Minta Pemerintah Evaluasi Keamanan Tambang

Ada beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat, khususnya di kalangan nelayan. 

Tokoh masyarakat pesisir, Tambari Gustam mengatakan, sebetulnya banyak tradisi yang ada di kalangan nelayan Kota Tegal. 

Tapi karena perkembangan zaman, beberapa tradisi mulai ditinggalkan.

Tokoh masyarakat pesisir Kota Tegal, Tambari Gustam.
Tokoh masyarakat pesisir Kota Tegal, Tambari Gustam. (tribunpantura.com/fajar bahruddin achmad)

Seperti tradisi yang masih memfokuskan kepada kepercayaan animisme dan dinamisme. 

Meski begitu, menurut Tambari, ada empat tradisi yang masih eksis di kalangan nelayan Kota Tegal. 

Tradisi itu bertahan karena mengandung nilai gotong royong nelayan. 

Berikut penjelasannya: 

1. Tradisi Sambat Jog Perahu

Tambari mengatakan, sambat jog perahu menjadi tradisi gotong royong nelayan untuk menurunkan perahu ke sungai. 

Tradisi tersebut menjadi simbol kegotongroyongan masyarakat di pesisir yang masih kental dan dilestarikan. 

Meskipun saat ini sudah ada alat pendorong modern yang disebut hidrolis. 

Menurutnya, masyarakat beramai-ramai akan membantu nelayan yang punya kapal baru untuk diturunkan. 

"Jadi nelayan yang tidak sedang melaut, saat ada ramai-ramai akan datang. Karena nantinya itu gantian. 

Meskipun mereka tidak dibayar uang, biasanya hanya wedangan dan rokok," kata Tambari kepada tribunpantura.com, Senin (22/3/2021). 

2. Tradisi Labuhan

Tradisi labuhan merupakan tradisi yang diperuntukkan bagi nelayan yang baru menikah. 

Bagi pengantin yang belum genap 40 hari tapi ingin melaut, mereka harus melakukan tradisi ini. 

Nelayan tersebut pertama diluluri oleh rempah-rempah, kemudian diarak ke tepi laut oleh orangtuanya.

Setelah itu ada pelarungan sesajian yang berisi kembang setaman, nasi liwet yang ditaruh di kendi serta diberi telur, ingkung, pisang tujuh rupa dan lain sebagainya. 

"Jadi jika ada pengantin baru yang belum genap 40 hari tapi mau melaut. Mereka harus menggelar acara labuhan dulu. 

Ini sebagai wujud syukur kepada Allah SWT sekaligus doa agar selamat melaut dan diberi keselamatan," ungkapnya. 

3. Tradisi Sambetan

Tambari mengatakan, tradisi sambetan diperuntukkan untuk kapal yang hendak ke laut. 

Dalam tradisi ini, ada doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama dan sesepuh. 

Kemudian kapal akan diluluri dan diberi jampi-jampi sambetan yang berisi rempah-rempah. 

Selain itu, pemilik kapal juga akan menyediakan sorakan atau saweran. 

Jadi ada uang yang kemudian disebar dan ada juga yang dibagikan. 

Malam harinya para nelayan akan megeleng atau bergadang selama semalam. 

"Jadi tradisi ini mempunyai harapan agar kapal punya kekebalan saat melaut. Kapal jadi rosa atau kuat dan berkah barokah. 

Berangkat selamat, pulang selamat dan berpenghasilan lebih baik," jelasnya. 

4. Tradisi Berag

Terakhir, menurut Tambari, adalah tradisi berag. 

Yaitu tradisi untuk menguji coba mesin dan olah gerak kapal sebelum berangkat melaut. 

Jadi tradisi ini untuk memastikan bahwa kapal dalam kondisi yang baik. 

"Semua dicoba, mesin, lampu dan lain-lain. Jadi ketika akan berangkat, kapal benar-benar dalam kondisi baik," ujarnya. (fba)

Baca juga: Petani Pantura Jateng Ramai-ramai Tolak Impor Beras, Giman: Harga Gabah Jadi Anjlok

Baca juga: Selain Digunakan di Jawa Timur, Vaksin AstraZeneca Sudah Didistribusikan di Enam Provinsi Ini

Baca juga: Disdikbud Kendal Tunjuk SMPN 1 Weleri sebagai Pilot Project Pembelajaran Tatap Muka

Baca juga: Rencana Impor Beras Hancurkan Harapan Kesejahteraan Petani, Warga Kendal: Harga Gabah Anjlok

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved