Berita Blora

Hikayat Maling Genthiri, Robin Hood asal Blora, Makamnya Ramai Diziarahi saat Malam Jumat Legi

Hikayat Maling Genthiri, Robin Hood asal Blora, Makamnya Ramai Diziarahi saat Malam Jumat Legi

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: yayan isro roziki
Tribunpantura.com/Rifqi Gozali
Seorang warga berziarah di makam Mbah Genthiri di Desa Kawengan, Jepon, Blora. 

Penulis: Rifqi Gozali

TRIBUNPANTURA.COM, BLORA – Jika di Inggris memiliki Robin Hood sebagai tokoh dalam cerita rakyatnya, maka di Blora memiliki Maling Genthiri.

Kedua tokoh cerita rakyat ini memiliki karakter yang serupa, yaitu sama-sama pencuri. Tapi hasil curiannya diperuntukkan bagi warga miskin.

Kisah Maling Genthiri atau ada yang menyebutnya Kentiri ini sangat melekat bagi sebagian masyarakat Blora, utamanya bagi masyarakat Desa Kawengan, Kecamatan Jepon.

Baca juga: Kisah Jati Denok di Hutan Blora Dikeramatkan Warga, Ada Legenda Putri Gumeng Tolak Lamaran Raja

Baca juga: Viral Penampakan Awan Mirip Gelombang Air Laut di Langit Pekalongan, Ini Penjelasan BMKG

Baca juga: Braaak! Mahasiswa di Semarang Nekat Berkendara saat Ngantuk, Motornya Tersandar di Pohon Mahoni

Baca juga: Netizen Ungkap Identitas Sopir Fortuner Koboi Jalanan, MFA Ternyata CO-Founder CEO Restock.id

Di desa ini terdapat makam yang dipercaya sebagai makam Mbah Genthiri. Letak makamnya berada di kompleks pemakaman umum desa.

Makam yang dipercaya sebagai tempat persemayaman terakhir Mbah Genthiri berada di dalam cungkup dikelilingi pagar kayu.

Di dalam cungkup hanya ada satu makam berikut kelambu putih lusuh yang menyelimutinya.

Berdasarkan keterangan perangkat desa setempat, Ramelan, warga Kawengan percaya bahwa Mbah Genthiri adalah tokoh masa lalu dengan segenap kisah hidupnya yang heroik.

Kenapa demikian, meski memiliki kebiasaan mencuri tapi Mbah Genthiri memberikan barang hasil curiannya untuk warga miskin.

Dari situ seolah terselip pesan, sudah sepatutnya orang kaya menyisakan perhatian atas keberadaan warga miskin.

“Mbah Genthiri itu ilmunya luar biasa, tapi maling. Malingnya adalah orang kaya atau orang berada, hasil malingnya dikasihkan orang miskin dan janda yang tidak punya apa-apa,” kata Ramelan.

Kisah heroik Mbah Genthiri yang sarat akan pesan keberpihakan kepada ‘wong cilik’ sampai sekarang masih terngiang di benak warga Kawengan.

Untuk mengenangnya, setiap 1 Sura di makam tersebut digelar haul sekaligus doa bersama.

Kata Ramelan, sampai saat ini juga masih terdapat para peziarah yang datang dari berbagai daerah di sekitar Blora.

“Paling ramai adalah saat Kamis Kliwon malam Jumat Legi.”

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved