Berita Tegal
Kisah Petugas Pemakaman Covid-19 di Tegal: Tidak Harapkan Insentif, demi Kemanusiaan dan Ibadah
Kisah Petugas Pemakaman Covid-19 di Tegal: Tidak Harapkan Insentif, demi Kemanusiaan dan Ibadah
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: yayan isro roziki
Menurut Bagus, pada pandemi Covid-19 gelombang kedua ini, jumlah pasien yang meninggal dunia meningkat.
Rata-rata per harinya ada sekira dua sampai tiga jenazah yang dimakamkan.
Sementara jumlah paling banyak, ada lima jenazah yang dimakamkan dalam sehari.
"Kalau kepepet, dalam waktu bersamaan banyak jenazah, anggota tim turun semua. Pernah satu hari ada lima pemakaman."
"Jadi enam orang diturunkan di pemakaman A dan enam orang lainnya diturunkan di pemakaman B," jelasnya.
Demi Kemanusiaan
Saat ditanya soal insentif, Bagus menjawab, ia dan rekan timnya tidak pernah memikirkan itu.
Ia mengatakan, anggota BPBD bekerja untuk kemanusiaan.
Tidak pernah ada yang mempertanyakan soal upah ataupun insentif.
Menurutnya, membantu penanganan di masa pandemi Covid-19 sudah menjadi tugas BPBD dalam penanggulangan bencana.
"Ini untuk kemanusiaan. Kami tidak pernah mempertanyakan upah. Pokoknya diniati ibadah," katanya, warga asli Randugunting.
Bagus mengakui, pandemi Covid-19 merupakan bencana terberat yang pernah dialaminya sebagai anggota BPBD.
Ia tidak pernah bisa menahan tangis setiap kali menurunkan jenazah pasien Covid-19 ke liang lahad.
Ia mengatakan, suasana pemakamannya jauh berbeda dengan pemakaman masyarakat umum.
Karena yang menghadiri upacara pamakaman hanya dari keluarga.
Meski demikian, menurut Bagus, suasana tersebut juga yang membuatnya selalu semangat.
"Kalau sudah sampai lokasi, walau sudah capek. Lihat keluarga korban, nggrantes terus semangat lagi."
"Di situ kami juga yang melakukan azan dan iqamat," ungkapnya. (fba)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pantura/foto/bank/originals/petugas-pemakaman-covid-19-tegal-bpbd.jpg)