Berita Salatiga

Hampir 2 Tahun Tak Dapat Job, Pengusaha Sound System di Salatiga Jual Peralatan di Pinggir Jalan

Hampir 2 Tahun Tak Dapat Job, Pengusaha Sound System di Salatiga Jual Peralatan di Pinggir Jalan

Penulis: M Nafiul Haris | Editor: yayan isro roziki
Tribunpantura.com/Nafiul Haris
Seorang pengusaha sound system Budi saat menjajakan alat-alat sound miliknya di Jalan Lingkar Selatan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Selasa (3/8/2021). 

TRIBUNPANTURA.COM, SALATIGA - Sejumlah pengusaha sound system di Salatiga mengaku bangkrut, usahanya gulung tikar, karena sama sekali tak ada penyewa selama pandemi Covid-19 ini.

Sudah lebih dari 1,5 tahun alat-alat elektronik kepunyaan mereka tak ada yang menyewa.

Karenanya, beberapa di antaranya memilih menjual sound system dan perangkat elektronik lainnya, untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Terlebih, tiap bulan mereka juga masih menanggung cicilan kredit pembelian sebagian kelengkapan sound system tersebut.

Di antaranya bahkan menjual sound systemnya di pinggir jalan. Tepatnya di tepi Jalan Lingkar Selatan (JLS) Kota Salatiga dengan mencantumkan tulisan berukuran besar: "Dijual Alat-alat Sound".

Seorang pemilik sound system Budi Modot (45), warga Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang mengatakan alasan menjual alat-alat elektronik itu karena terhimpit hutang. 

"Kami juga sudah dua tahun ini sejak ada Corona tidak operasi, tidak ada tanggapan semua kegiatan dilarang."

"Tetapi, angsuran kami di bank tidak berhenti, jadi kami harus putar otak ini mau tidak mau ya dijual," terangnya kepada Tribunpantura.com, di lokasi, Selasa (3/8/2021) 

Menurut Budi, selain menawarkan sound system bekas para pengusaha juga menyediakan yang baru mulai jenis toa, speaker portable, dan sound bekas lengkap dengan amplifier. 

Ia menambahkan, untuk toa bekas dijual mulai Rp200.000-Rp300 ribu per item.

Hasil penjualan barang elektronik tersebut nantinya akan dipakai untuk membeli sejumlah kebutuhan pokok. 

"Untuk membeli sembako dan membayar hutang di BRI yang jelas. Saya setiap bulan harus mengangsur hutang sebesar Rp1,5 juta," katanya

Sebelum adanya pandemi Covid-19 para pengusaha sound system mendapat pemasukan sedikitnya Rp1 juta perbulan.

Kondisi sulit mulai dirasakan lanjutnya, pada Mei 2020 sampai sekarang. 

Budi menyatakan, ketika memasuki bulan Agustus seperti sekarang biasanya ramai permintaan atau sewa baik untuk kegiatan peringatan kemerdekaan maupun acara pribadi. 

"Tahun 2019 akhir sekira Juli-Agustus masih lumayan, lalu pada Mei 2020 benar-benar tidak ada pemasukan."

"Kami berharap pemerintah mengijinkan kegiatan keramaian minimal hajatan nikahan ada kelonggaran tetapi dengan prokes ketat," ujarnya. (ris) 

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved