Berita Kendal
DLH Kendal Keluhkan Minimnya Armada dan Tenaga Kebersihan yang Memadai
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kendal kelimpungan mengatasi persoalan sampah di 20 kecamatan yang ada.
Penulis: Saiful Masum | Editor: muh radlis
TRIBUNPANTURA.COM, KENDAL - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kendal kelimpungan mengatasi persoalan sampah di 20 kecamatan yang ada.
Saat ini, produksi sampah dari masyarakat Kendal mencapai 100 ton per hari.
Meski terjadi penurunan sekitar 3 ton per harinya pada 2021 lalu, belum cukup menyelesaikan permasalahan sampah di Kabupaten Kendal.
Bahkan, Pemerintah Kabupaten Kendal saat ini hanya mengandalkan satu tempat pemrosesan akhir (TPA) baru Darupono, Kaliwungu Selatan yang diperkirakan bisa menampung 200 ribu ton atau 600 ribu kubik.
Sementara dua TPA lain, yakni TPA Darupono lama dan TPA Pagergunung, Kecamatan Pageruyung sudah ditutup karena over kapasitas.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal, Iwan Muhtadi menegaskan, persoalan sampah harus bisa ditangani dari hulu hingga ke hilirnya.
Sehingga produksi sampah bisa ditekan lebih maksimal, utamanya sampah plastik yang tidak bisa terurai.
Iwan menjelaskan, tingginya produksi sampah di Kabupaten Kendal menjadi pekerjaan berat bagi DLH dengan sumber daya manusia (SDM) dan armada terbatas.
Katanya, DLH hanya memiliki 240 orang tenaga kebersihan dengan 13 armada pengangkut sampah.
Mereka harus menyisir 20 kecamatan yang ada untuk mengambil sampah-sampah dibawa ke TPA.
Tujuannya agar sampah dari masyarakat tidak dibuang di sembarang tempat, apalagi di sungai.
"Keterbatasan tenaga dan armada ini menyulitkan kami.
Mereka paling hanya bisa muter 3-4 kali saja, enggak bisa menjangkau semua," terangnya, Minggu (9/1/2022).
Keterbatasan tenaga dan armada ini membuat DLH tak punya waktu memilah sampah sesuai jenisnya.
Sehingga sampah organik dan anorganik masuk di tempat yang sama di TPA.
Kondisi tersebut membuat proses pemilahan sampah yang dimulai dari sampah rumah tangga tidak berhasil.
Iwan berharap, ada perhatian khusus dari bupati dan wakil bupati Kendal dalam rangka penanganan sampah lebih maksimal.
Baik dalam bentuk penguatan SDM, peralatan yang memadahi, juga anggaran yang cukup.
"Kami juga sudah laksanakan arahan bupati dan wakil bupati untuk membentuk mobil patroli sampah.
Namun baru terealisasi satu unit saja.
Masih butuh 19 armada patroli roda tiga, dan 7 armada pengangkut sampah.
Biar setiap kecamatan ada satu unit armada agar penanganan sampah efisien," tuturnya.
Di sisi lain, lanjut Iwan, pihaknya tengah mengkaji pemindahan sampah di dua TPA lama ke TPA baru Darupono agar bisa diolah.
Ia berharap, nantinya ada sistem pengolahan sampah sistematis dengan metode pemusnahan sampah langsung di TPA dengan teknologi mesin.
Baik sampah organik maupun sampah non-organik.
"Kalau metode itu tidak bisa karena keterbatasan anggaran, kami berharap ada upaya pengurangan sampah dari hulunya (masyarakat).
Kami sudah keluarkan surat edaran (SE), didukung dengan rencana pengembangan TPS3R di tiap kecamatan," tutur dia.
Saat ini, DLH mencatat 60 persen sampah yang masuk TPA kategori organik.
Sisanya sampah jenis anorganik yang menjadi kendala karena belum bisa didaur ulang.
Di sisi lain, Bank Sampah Sejahtera Desa Tanjungmojo Kecamatan Kangkung terus melakukan program penampungan sampah dari masyarakat.
Warga Tanjungmojo diedukasi untuk memilah sampah dan ditabung di Bank Sampah.
Hasil tabungan dari sampah bisa diambil setahun sekali saat Ramadhan atau Lebaran Idulfitri.
Bank sampah ini menjadi satu di antara beberapa bank sampah yang aktif membantu Pemerintah Kendal dalam menanggulangi sampah.
Direktur Bank Sampah Sejahtera Tanjungmojo, Bhayu Winoto mengatakan, sampah yang bisa ditukarkan dengan rupiah adalah jenis botol plastik, dan jenis sampah lain yang tidak terurai.
Setiap warganya berhak mendaftarkan diri sebagai nasabah dan mulai menyetorkan sampah sebagai tabungan.
"Nasabah bank kami adalah khusus warga desa Tanjungmojo, setelah mendapat buku tabungan langsung bisa setor sampah saat jam kerja," jelasnya.
Kebijakan ini dijalankan agar masyarakat bisa menikmati tabungan hasil peduli terhadap lingkungan selama satu tahun.
Bisa diambil dalam bentuk uang tunai, atau sembako yang disepakati dengan nasabah.
"Bank sampah ini dikelola pemuda desa.
Merekalah yang terjun langsung di bidang persampahan agar bisa dikembangkan pengelolaannya.
Bisa didaur ulang menjadi produk yang bernilai jual," tutur dia.