Berita Tegal

Cerita Awak Kapal Asal Tegal yang Sukses Melaut hingga Punya Usaha Dekorasi dan Laundry

Ia kini memiliki usaha lain hasil dari bekerja di kapal yakni usaha rias pengantin, dekorasi dan laundry yang dijalankan istrinya di rumah mereka.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: m zaenal arifin
Dokumentasi
AKP migran, Untung Santoso (batik kuning) warga Desa Karibaya, Kramat, Kabupaten Tegal telah malang melintang di dunia kapal perikanan asing selama belasan tahun hingga mampu memiliki beragam usaha di Tegal, Rabu (7/9/2022). 

TRIBUNPANTURA.COM, TEGAL - Bekerja sebagai awak kapal perikanan (AKP) migran diyakini masih menjadi pekerjaan yang menjanjikan.

Hal itu sudah dibuktikan oleh Untung Santoso (44) warga Desa Karibaya, Kramat, Kabupaten Tegal yang telah malang melintang di dunia kapal perikanan asing.

Bidang tersebut digelutinya sejak tahun 2004 selepas hampir lima tahun menjadi nelayan lokal.

Ia kini mampu memiliki usaha lain hasil dari bekerja di kapal yakni usaha rias pengantin, dekorasi dan laundry yang dijalankan istrinya di rumah mereka di pinggir jalan pantura Tegal.

Baca juga: Polres Demak Tangkap 15 Pelaku Perjudian dan 2 Pelaku Penyalahgunaan BBM Subsidi

"Iya, alhamdulillah pokoknya, namanya manusia berusaha," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/9/2022) .

Ia sekarang di kapal asing berposisi sebagai petugas pemproses ikan.

Di posisi itu, gaji pokok plus tunjangan diterimanya total rata-rata Rp 15 juta perbulan.

"Kontrak ya setahun, bisa juga delapan bulan," terangnya.

Baca juga: Truk Tangki BBM Tabrak Truk Parkir Depan Rumah Warga di Cilacap, Bagian Depan Truk Langsung Ringsek

Ia berpesan, kepada siapapun hendak berangkat menjadi AKP migran harus memastikan kantor perusahaan keagenan awak kapal (manning agency) dengan pasti.

Perusahaan harus dipastikan terdaftar sekaligus termasuk Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) resmi.

Selain itu, mengikuti jejak orang yang sudah sukses di bidang tersebut juga penting daripada memilih perusahaan penyalur baru yang belum tentu terjamin.

"Intinya perusahaan penyalurnya. Kalau salah perusahaan kasihan nanti terlantar atau gaji tak dibayar," tuturnya.

Baca juga: BPTIK Dikbud Jateng Adakan Gelar Karya Guru dan Siswa 2022, Pengiriman Karya Sampai 7 November

Terpisah, SAFE Seas Project Manager, Hari Sadewo mengatakan, menjadi ABK Migran semakin diminati oleh ABK domestik karena gaji lebih besar dan rutin perbulan terutama di kapal Eropa dan Jepang.

"Jaminan dan kepastian gaji lebih baik. Berbeda dengan upah di kapal dalam negeri yang memakai sistem bagi hasil," jelasnya di kantor Fisher Center, Tegal.

Kendati lebih menggiurkan, bekerja sebagai ABK migran akan lebih berisiko baik dari pra pemberangkatan, pemberangkatan hingga pulang dari kapal.

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved