Berita Jateng

Puskopti Sebut Kenaikan Harga Kedelai Impor Makin Tak Wajar, Perajin Tempe Terancam Gulung Tikar

Harga kedelai impor di Jawa Tengah kembali merangkak naik belakangan ini. Bahkan, dipastikan kenaikan tersebut juga

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/Idayatul Rohmah
Tampak tumpukan kedelai impor di sebuah toko jalan Pedamaran Semarang. 


"Agustus harganya naik lagi. Subsidi dicabut, harganya terkerek naik per hari antara Rp100 - Rp200 sampai sekarang harganya jadi Rp 13.000 per kilogram.


Kalau eceran, harganya lebih dari Rp 13.000 per kilogram," tuturnya.


Di sisi itu, Rifai menyebutkan harga tersebut jelas memberatkan para perajin tempe dan tahu.


Utamanya yakni perajin dengan produksi secara kecil, menurutnya akan semakin tertekan.


Apalagi disusul kenaikan harga BBM yang telah terjadi sejak 3 September lalu, membuat para perajin semakin sulit untuk bertahan.


"Sangat Mengkhawatirkan sekali, karena rata-rata harga segitu menyulitkan posisi UMKM. Produksi kecil-kecil tidak akan mampu bertahan."


"(Ditambah) kenaikan harga BBM ini menambah beban, menambah dampak kenaikan harga bahan produksi lain dan ongkos angkutan," keluhnya.

 

Rifai lebih lanjut meminta agar pemerintah pusat ataupun daerah turut serta dalam membantu memikirkan jalan keluar terkait kenaikan harga kedelai ini.


"Jelas kami minta audiensi, kami berharap pemerintah daerah ikut serta membantu memikirkan solusinya. Itu jangka pendek ini, apa yang bisa dibantu untuk UMKM kita," tuturnya.

 

Sementara di sisi itu, pihaknya juga mengusulkan agar pemerintah melanjutkan pemberian subsidi kedelai dan meningkatkan subsidinya.


Ia mengusulkan kepada pemerintah pusat/Kemendag agar subsidi pada anggota Kopti Rp 1.000 dinaikkan menjadi Rp 2.000 per kilogram.


Menurutnya hal itu dapat sedikit meringankan beban perajin di tengah kenaikan harga kedelai yang terus merangkak.


"Per hari ini 5 Oktober 2022, harganya Rp 13.000 - Rp 14.000 per kilogram dan dari kuota 800.000 ton, baru terserap 80 ribu ton atau baru terserap 10 persen.


Pemerintah harus campur tangan untuk mengendalikan harga kedelai di pasaran," terangnya.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved