Berita Slawi

Penasaran Dengan Museum Situs Semedo Tegal? Ini Isi dan Fasilitasnya

Museum Situs Semedo yang berlokasi di Desa Semedo, Kacamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, sudah resmi dibuka untuk umum, Rabu (12/10/2022) lalu.

TribunPantura.com/Desta Leila Kartika
Museum Situs Semedo yang berlokasi di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Rabu (12/10/2022). 

TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Museum Situs Semedo yang berlokasi di Desa Semedo, Kacamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, sudah resmi dibuka untuk umum pada Rabu (12/10/2022) lalu. 

Warga sekitar antusias menyambut soft launching Museum Situs Semedo, karena sesuai yang direncanakan seharusnya sudah mulai dibuka pada 2021 lalu.

Tapi karena adanya pandemi Covid-19, sehingga pembukaan salah satu situs bersejarah ini akhirnya tertunda, dan baru bisa direalisasikan pada Oktober 2022.

Awal mula dibangunnya museum ini, bermula dari penemuan sisa manusia purba, fosil flora fauna, dan berbagai artefak batu, serta artefak tulang pada Kawasan Cagar Budaya Semedo.

Temuan itu mendorong Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Direktorat Pelindungan Kebudayaan, membangun sarana pelestarian cagar budaya, sarana edukasi, dan rekreasi bagi masyarakat dalam bentuk sebuah museum. 

Baca juga: Wali Kota Pekalongan Aaf : Peran Tokoh Agama Diperlukan Cegah Kekerasan Anak dan Perempuan

Bangunan Museum Semedo dilengkapi dengan landmark berupa monumen gading, patung gajah purba jenis Stegodon, dan penggambaran evolusi manusia purba, sebagai ikon dari Kawasan Cagar Budaya Semedo

Museum Semedo, didirikan untuk melestarikan tinggalan kehidupan manusia purba, mempublikasikan hasil penelitian, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai penting Semedo, sebagai salah satu situs arkeologi dan situs manusia purba terkemuka. 

Museum Semedo menyajikan koleksi temuan spesimen Semedo 1, artefak tinggalan manusia purba jenis Homo erectus, serta berbagai jenis fosil fauna purba, sebagai bukti kehidupan pada kala Pleistosen di Semedo. 

Museum Situs Semedo mulai dibangun sejak tahun 2015 lalu, di atas lahan seluas 9.987 meter persegi.

Sedangkan untuk fasilitas yang ada di museum, menurut Koordinator Museum Situs Semedo, Iwan Setiawan, untuk di bangunan bagian dalam terbagi menjadi tiga ruang display.

Baca juga: Salahudin Ajak Warga Kota Pekalongan Budidaya Tanaman Telang

Pertama, berisikan informasi mengenai pembentukan alam semesta.

Kemudian display kedua berisikan informasi mengenai manusia purba Homo erectus.

Display ketiga, berisikan hasil budaya dari jaman manusia purba Homo erectus.

"Selain itu, kami juga memiliki fasilitas lain seperti audio visual atau seperti bioskop mini, tempat dimana pengunjung bisa melihat pemutaran film mengenai museum dan lain-lain."

"Bisa juga untuk tempat presentasi, tempat diskusi, dan ada cafe untuk memenuhi keperluan makan minum," jelas Iwan, kemarin.

Fasilitas lainnya yang bisa pengunjung temui, lanjut Iwan, seperti ruang untuk meeting bahkan tempat tinggal untuk para peneliti.

Untuk fasilitas umum seperti toilet, musala, tempat santai untuk sekedar duduk-duduk juga tersedia.

"Bagi yang ingin foto-foto, bisa memanfaatkan area depan Situs Semedo baik di taman atau bagian yang terdapat patung gajah besar. Atau pas di bagian tulisan Museum Situs Semedo ditambah latar manusia purba juga bisa," katanya.

Membahas mengenai perbedaan atau hal yang menjadikan Museum Situs Semedo istimewa dibandingkan museum lainnya, dikatakan Iwan terutama pada koleksi yang berhasil ditemukan.

Seperti manusia purba yang sudah ditemukan, artefak batu juga ditemukan, dan fauna yang bisa dibilang cukup langka juga ditemukan di Semedo.

Padahal biasanya fauna langka ini, menurut Iwan kebanyakan ditemukan di China.

Baca juga: FORKI Batang Siap Bidik Atlet Berprestasi di POPDA 2022

"Jenis fauna yang cukup langka dan berhasil ditemukan di Semedo yaitu Gigantopithecus atau kera raksasa. Temuannya juga ada, kami pajang di display, ada rahang bawahnya, dan lain-lain. Itu salah satu keistimewaan yang ada di Semedo," ungkapnya.

Iwan menerangkan, Gigantopithecus atau kera raksasa ini jika dilihat sesuai data, dari segi sedimen, dan lokasi temuan, hidup sekitar 500-700 ribu tahun yang lalu.

"Kalau jumlah temuan fosil ataupun benda purba yang ada di display museum kurang lebih 120-125 fosil. Tapi kalau yang ada di ruang penyimpanan masih banyak sampai ribuan fosil. Tentunya dengan kondisi bervariasi, ada yang masih bagus, sudah mulai rapuh, ada yang langka, dan lain-lain," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Pantura
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved