Berita Batang
Ada 1.470 Orang Penderita HIV/AIDS di Batang, FKPB Sebut Sulit Putus Mata Rantai Penyebarannya
Salah satu tantangan dalam penanganan HIV yang masih sulit adalah memutus mata rantai penyebarannya.
Penulis: dina indriani | Editor: m zaenal arifin
TRIBUNPANTURA.COM, BATANG - Forum Komunikasi Peduli Batang (FKPB) mencatat di Kabupaten Batang terdapat penderita HIV/AIDS mulai 2010 hingga sekarang sudah ada 1.470 orang dengan tambahan sekitar 70 orang pada 2022.
Salah satu tantangan dalam penanganan HIV yang masih sulit adalah memutus mata rantai penyebarannya.
Maka dari itu, Forum Komunikasi Peduli Batang (FKPB) terus menggencarkan sosialisasi memutuskan mata rantai HIV di Kabupaten Batang.
"Saat ini kita terus menggencarkan sosialisasi penanganan HIV karena kasus ini masih dianggap tabu oleh masyarakat."
"Bahkan masih banyak yang malahan menjauhi ODHA, sebutan orang yang positif HIV," tutut Kordinator Program FKPB Ahmad Nafis saat rapat koordinasi sosialisasi penanganan HIV bersama stakeholder di Hotel Sendang Sari Kabupaten Batang, Selasa (18/10/2022).
Baca juga: Dalam Waktu Sepekan, Sudah Tiga Pemancing Tewas Tenggelam di Perairan Batang
Dikatakannya, seharusnya bersama merangkul ODHA bagaimana mereka semangat untuk memutus mata rangkai penularan HIV dengan meminum obat antiretroviral (ARV) yang tertib.
"ARV memang harus dikonsumsi setiap hari untuk menekan virus HIV, ARV begitu penting dalam memperlambat proses replikasi virus HIV yang sangat mudah bermutasi untuk menyerang sistem kekebalan tubuh," terangnya.
Lebih lanjut, virus HIV mereproduksi salinan dirinya ketika virus tersebut masuk ke dalam tubuh, obat-obatan HIV dapat mencegah virus melakukan proses ini.
"Jika melihat data kami dari tahun 2010 hingga sekarang sudah ada 1.400 orang yang positif HIV, apalagi pada tahun 2022 ada tambahan 70 orang, untuk itu tugas kita saat ini mencari orang yang positif HIV agar dapat memutus mata rantai penyebarannya," pintanya.
Baca juga: Tim Gabungan Pemkab Jepara Razia Rokok Ilegal di Pasar Tradisional, Ini Hasilnya
Ia pun prihatin, jika ada anak balita sudah positif HIV karena kurang peduli orang tua yang sudah positif HIV tapi tidak memberitahu pasangannya dan akhirnya yang terkena dampak anak tersebut.
Maka dari itu, harus lebih banyak kampanye sosialisasi memutuskan mata rantai penyebaran HIV.
"Jika sudah positif HIV jangan malu untuk mengakui terutama pada keluarga atau ke FKPB yang akan merangkul memberikan solusi jalan keluar yang terbaik," pungkasnya. (*)
