Berita Tegal
Mengenal Tradisi Barit Kitiran di Desa Carul Tegal, Diyakini Ada Sejak Tahun 1945, Begini Sejarahnya
Salah satunya ada di wilayah Desa Carul, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang memiliki budaya membuat kitiran.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi atau kebudayaan unik.
Salah satunya ada di wilayah Desa Carul, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang memiliki budaya membuat kitiran atau dalam bahasa Indonesia disebut baling-baling dari bambu.
Mayoritas warga Desa Carul berprofesi sebagai petani, tetapi uniknya memiliki hobi atau kesukaan membuat kitiran.
Namun tidak hanya sekedar hobi saja, ternyata di belakangnya terdapat histori atau cerita sejarah yang cukup panjang.
Belum lama ini, tepatnya pada Kamis (27/7/2023), warga Desa Carul, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal mengadakan Festival Barit dan Budaya Kitiran Tradisional.
Baca juga: Kebakaran Rumah di Semarang, Kakek 61 Tahun Ikut Tewas Terbakar di Kamarnya, Tetangga Ungkap Hal Ini
Pada Festival kali ini, terdapat ratusan kitiran berbagai ukuran dari satu meter sampai lima meter.
Ada juga pentas seni, dan menjelang sore hari dilaksanakan tradisi barit atau masyarakat membawa kitiran dan dipasang di sebuah pohon.
Di pohon tersebut warga melakukan doa bersama. Setelah itu keliling desa dengan bersholawat dan melakukan azan sebanyak empat kali di beberapa titik.
Kepala Desa Carul Moh Bukhori, mengungkapkan sejak dulu sampai sekarang masyarakat masih membuat kitiran, bahkan saat ini sudah masuk generasi keempat.
Bahkan Bukhori sendiri juga membuat kitiran karena dulu melihat orangtuanya sering membuat kitiran.
"Saat mengadakan barit, masyarakat mengarak kitiran yang nantinya di pasang di samping pohon besar lokasinya di pinggir Desa Carul."
Baca juga: Tutupi Saluran Air, 37 Bangunan Tak Berizin di Curug Pangkah Tegal Dibongkar
"Kegiatan ini tujuannya mengenalkan budaya kitiran lebih luas dan masif lagi. Agar Desa Carul kedepannya lebih maju dan berkembang ekonominya."
"Kami juga berharap kegiatan tradisi Festival Barit dan Budaya Kitiran Tradisional bisa diadakan setiap tahun," ungkap Bukhori.
Sejarah singkat mengenai Kitiran khas Desa Carul, diceritakan Bukhori, pada zaman penjajahan tepatnya tahun 1944-1945 silam.
Terdapat tokoh masyarakat atau lurah Desa Carul bernama Munasir yang lebih dikenal dengan sebutan Kaki Ormat, membuka lahan pertanian di wilayah Cendana dan Paguyangan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.