Berita Batang
Antisipasi Kekeringan, Petani di Batang Andalkan Sungai Airi Lahan Pertanian
Musim kemarau yang mulai melanda di Kabupaten Batang membuat petani khawatir mengeringnya sejumlah mata air.
Penulis: dina indriani | Editor: m zaenal arifin
TRIBUN-PANTURA.COM, BATANG - Musim kemarau yang mulai melanda di Kabupaten Batang membuat petani khawatir mengeringnya sejumlah mata air yang selama ini menjadi sumber irigasi lahan pertanian.
Untuk memenuhi kebutuhan irigasi, para petani masih mengandalkan sistem pengairan manual, yakni sungai-sungai di sekitar desa.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang Susilo Heru Yuwono mengatakan untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan pada sistem irigasi di sejumlah titik, yakni dengan pengairan bergilir.
“Para petani beranggapan kalau mau mengairi sawah itu airnya harus melimpah, jadi strategi kami bersinergi dengan Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jawa Tengah yang sedang diujicobakan di lahan seluas 5 hektar di Desa Gringgingsari, untuk membantu proses tanam yang sedang berlangsung," tuturnya, Rabu (2/8/2023).
Baca juga: Perumahan Palapa Kota Pekalongan Ditetapkan Jadi Kampung Moderasi Beragama, Ini Alasannya
Lebih lanjut dikatakan Heru, rencananya pola serupa juga akan diterapkan di daerah-daerah rawan kekeringan, sehingga memudahkan selama musim tanam.
Pasalnya, Ia meyakini selama tanah masih basah kualitas padi bisa mencapai 60 persen.
“Luas tanam di bulan ini 2.300 hektar, sedangkan secara komulatif selama Januari hingga Juli mencapai 21 ribu hektar, di seluruh Kabupaten Batang,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Karanggeneng Kunasir mengatakan ada dua sungai yang selama ini mengairi 40 hektar lahan pertanian.
Baca juga: Makan Bareng di Dalam Sel, Cara Kapolres Klaten Beri Pembinaan Kepada Para Tahanan
“Walaupun ada Sungai Sendang dan Karanggeneng, tapi rawan terjadi kekeringan kalau selama Agustus tidak turun hujan."
"Biasanya aliran lancar, sekarang agak tersendat,” ujarnya.
Selain rawan kekeringan, permasalahan lain yang rawan dialami oleh petani yakni timbulnya hama wereng dan tikus, sehingga mengoptimalkan obat pemusnah hama.
"Untuk hasil panen saat kemarau diperkirakan 6,5 - 7 Ton tiap hektarnya," pungkasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.