Berita Tegal

Perkuat Implementasi Kurikulum Merdeka, Tanoto Foundation Bentuk Tim Dampingi Guru MI di Tegal

Tanoto Foundation membentuk Tim Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan Pembelajar Merdeka di Kabupaten Tegal.

Youtube Tribun Jateng
Tangkapan layar program Tribun Jateng berjudul Ngopi Gayeng 'Ngobrol Pintar Guru Jateng' bersama Tim Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan Pembelajar Merdeka di Kabupaten Tegal. 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Tanoto Foundation membentuk Tim Fasilitator Daerah (Fasda) Perubahan Pembelajar Merdeka di Kabupaten Tegal.

Mereka bertugas mendampingi guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam memperkuat implementasi kurikulum merdeka.

Ada berbagai pengalaman yang dialami oleh Tim Fasda bentukan Tanoto Foundation tersebut. 

Pengalaman itu diceritakan oleh Ahmad Jazuli dan Kusnaeni dalam program Tribun Jateng berjudul Ngopi Gayeng 'Ngobrol Pintar Guru Jateng'.

Ketua Tim Fasda sekaligus guru SDN Balapulang Wetan 01 Kabupaten Tegal, Ahmad Jazuli mengatakan, Tim Fasda Perubahan Pembelajar memiliki proyek sasaran para guru MI karena mereka baru pertama kali melaksanakan kurikulum merdeka tahun ini.

Setelah dilakukan observasi, ada miss konsepsi dalam penyusunan administrasi, seperti modul belajar. 

"Hal itu sangat beresiko karena bisa menyebabkan pembelajaran yang berbeda dari regulasi pemerintah. Jadi kami mencoba mendampingi mereka dengan memberikan pelatihan sebanyak tujuh kali, secara online dan offline," katanya, kemarin.

Jazuli mengatakan, dalam penerapan kurikulum merdeka yang masih dibingungkan oleh guru MI adalah penurunan capaian pembelajaran ke tujuan pembelajaran dan menurunkannya lagi ke alur tujuan pembalajaran. 

Selain itu, dalam penerapan penetapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Mereka masih bingung dan mengertinya hanya untuk satu kali proyek. 

Padahal ada tahapan yang harus dilalui, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.

"Goalnya dari pendampingan ini agar mereka bisa mandiri. Bisa prestasi sekaligus melakukan pembelajaran kurikulum merdeka seutuhnya. Jadi tidak ada miss konsepsi," ujarnya.
 
Meski begitu, menurut Jazuli, ia sangat senang melihat antusiasme yang begitu besar dari para guru MI di Kabupaten Tegal. 

Hal itu dilihatnya dalam workshop pertama kali yang digelar oleh Tim Fasda Perubahan Pembelajar Merdeka.

Ia awalnya sempat pesimis akan acara tersebut. 

Rupanya acara tersebut dapat berjalan sukses dengan peserta yang melebihi target di atas 90 orang.

"Saat pelatihan, wah antusuasnya luar biasa, mereka benar-benar mengikuti. Kita malah kewalahan meladeni pertanyaan dari mereka yang sangat luar biasa," ungkapnya. 

Tim Fasda lainnya yang juga merupakan guru SDN Pacul 01 Kabupaten Tegal, Kusnaeni mengatakan, proyek yang sedang dijalankan ini didasari dari adanya miss konsepsi. 

Ia dan rekan-rekannya menginginkan guru MI punya pemahaman tentang kurikulum merdeka.

Memiliki modul ajar yang berisi tujuan pembalajaran dan implementasi P5 sesuai regulasi pemerintah. 

Termasuk goalnya adalah mereka bisa mengimplementasikan dan menerapkan pembelajaran kurikulum merdeka ini di sekolah masing-masing. 

"Jadi kami berharap mereka bisa menghasilkan perangkat ajar tadi yang menitipkan hasil karya sendiri untuk bisa dimanfaatkan oleh guru-guru MI lainnya," katanya.

Kusnaeni menilai, masih banyak guru MI yang menganggap kurikulum merdeka masih sama dengan kompetensi dasar di kurikulum 2013. 

Hal itu berbeda, paling mendasar perbedaannya adalah sistem implementasi pembelajarannya. 

Pada kurikulum merdeka pembelajarannya lebih berpihak kepada murid, sehingga guru hanya menuntun saja sesuai filosofi dari Ki Hajar Dewantara.

"Jadi pembelajarannya dikemas agar kita bisa berdiskusi dengan anak. Tujuan utamanya untuk mengakomodir kebutuhan siswa," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved