Berita Pekalongan

Walikota Aaf Sebut Kota Pekalongan Diambang Darurat Sampah, Ini Alasannya

TPA Degayu sebagai satu-satunya tempat berakhirnya seluruh sampah Kota Pekalongan, diprediksi hanya akan mampu menampung sampah sampai akhir 2024.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: m zaenal arifin
Istimewa
Kondisi TPA Degayu Kota Pekalongan. 

Sehingga, perlunya memilah sampah akan sangat membantu mengurangi tumpukan sampah yang ada di TPA. Dimana, 60-64 persen sampah yang dihasilkan masyarakat adalah sampah organik, sementara sampah anorganik setelah dipilah dapat menjadi barang yang bermanfaat bahkan bernilai ekonomiĀ 

"PR bersama adalah, melakukan pengolahan sampah organik yang mencapai 60 persenan. Sedangkan, teknologi yang sudah dilakukan jajaran DLH yakni composting (proses penguraian bahan organik secara biologis untuk menghasilkan pupuk alami) dan budidaya maggot," jelasnya.

Pihaknya tak henti-hentinya mengimbau kepada masyarakat, agar turut berpartisipasi mengolah sampahnya secara tanggungjawab dan bijak.

Hal ini penting, mengingat sampah ini dihasilkan oleh semua orang, sementara kapasitas TPA Degayu sudah semakin overload. Sehingga, diperlukan tanggungjawab dan kerjasama dalam mengolah sampah yang dihasilkan masing-masing.

"Tentu bisa melalui komunitas-komunitas kewilayahan, ataupun individu masing-masing. Terhitung Januari-Mei 2024 rata-rata sudah 130 ton sampah masuk ke TPA Degayu per harinya."

"Jumlah tersebut termasuk tinggi, sebab potensi sampah yang dihasilkan sekitar 160 ton. Artinya, sudah hampir 85 persen sampah tersebut masuk ke TPA," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Pantura
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved