Berita Pemalang

Harga Cabai Meroket, Pedagang Makanan di Pemalang Kurangi Racikan Sambalnya

Penulis: budi susanto
Editor: Rival Almanaf
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pegawai yang ada di lapak Sukirman, tengah membuat minuman pesanan pelanggan, Sabtu (16/1/2021) dini hari. 

TRIBUN-PANTURA.COM, PEMALANG - Remang-remang lampu nampak menerangi tenda di salah satu sudut Jalan Gatot Subroto Kabupaten Pemalang. 

Pencahayaan yang tak seberapa terang itu berasal dari sebuah lapak nasi kucing dengan grobak beratap tenda biru. 

Meski sudah lewat tengah malam, namun sejumlah pelanggan masih memadati lapak tersebut.

Berbagai tema diperbincangkan oleh pelanggan yang singgah di lapak itu, tak terkecuali harga cabai yang kian meroket.

Baca juga: Karena Alasan Ini Mbappe Dinilai Sudah Tak Layak Main untuk PSG: Itu Konyol!

Baca juga: Detik-detik Petugas SPBU DIkeroyok 10 Orang, Bermula dari Teguran untuk Matikan Rokok

Baca juga: Tim DVI Polri Kembali Berhasil Identifikasi 5 Korban Pesawat Sriwijaya Air, Berikut Identitasnya

Baca juga: Langgar PPKM, Dua Acara Hajatan di Purbalingga Dibubarkan Paksa Satgas Covid-19

Bahkan satu di antara pelanggan terus melontarkan pertanyaan penyebab mahalnya harga cabai. 

"Nyong pan takok, bisane rega lombok larang, sebabe apa (Saya mau tanya harga cabai bisa mahal, penyebabnya apa)," tanya pelanggan yang mengaku bernama Purnomo warga Comal, Kabupaten Pemalang ke pemilik lapak nasi kucing dengan logat ngapaknya, Sabtu (16/1/2021) dini hari. 

Sukirman pemilik lapak pun hanya merenges, dan menjawab tak tahu penyebab mahalnya harga cabai. 

"Ya tidak tahu, yang jelas pedagang makanan seperti saya kena imbasnya," paparnya sembari melayani pelanggan lainya. 

Sukirman juga mengaku sambal buatnya yang biasanya bikin berkeringan pembeli saat mencicipi, kini tak pedas lagi. 

"Mau bagaimana lagi harga cabai setan pagi tadi tembus Rp 105 ribu perkilogram di pasar. Alhasil sambal yang saya buat saya kurangi cabainya," jelasnya sambil tersenyum tipis. 

Ia menuturkan kenaikan harga cabai setan tembus 100 persen lebih di pasar Pemalang. 

"Biasanya hanya Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu perkilogram. Cabai rawit hijau juga ikut naik jadi Rp 65 ribu padahal dulu di bawah Rp 40 ribu," ujarnya. 

Perkataan Sukirman pun dibalas Purnomo, ia menyebutkan di daerah lereng Gunung Slamet yang notabene manduk wilayah Pemalang merupakan penghasil cabai. Namun harga cabai di Pemalang tetap mahal. 

"Pastinya ada penyebabnya, apa ada yang salah dalam pengiriman atau memang cabai sedang langka. Pantas saja rasa sambalnya tak pedas, ternyata dikurangi cabainya," kekehnya sambil melalap nasi lauk teri yang ada di lapak Sukirman.

Sukirman yang merupakan warga Bojong Bata Kecamatan Pemalang itu, hanya menggaruk kepala sembari tertawa. 

"Kalau takaran cabai dalam sambal sama, nanti saya rugi," imbuhnya. 

Adapun data yang dihimpun Tribunjateng.com, pertanian cabai menjadi unggulan di Kabupaten Pemalang.

Baca juga: Batalkan Peringatan Dharma Samudra di Makassar, TNI AL Kerahkan 2 Kapal ke Majene Sulbar

Baca juga: Sosok Kompol Dani, Kapolsek Semarang Utara Meninggal karena Covid-19: Sedikit Bicara Banyak Kerja

Baca juga: Ribuan Ikan Sarden Terdampar di Teluk Penyu Cilacap, Dipunguti Warga, Nelayan: Sudah Sering Terjadi

Baca juga: 35 ABK Indonesia yang Terlantara di Majuro Dipulangkan 28 Januari Mendatang, Sudah Pesan Tiket

Total areal pertanian cabai juga menjadi yang terluas jika dibanding dengan komoditi pertanian sayur lainya. 

Di mana luasan pertanian cabai pada 2019 di Kabupaten Pemalang tercatat mencapai 339 hektar. 

Dari 14 kecamatan di Kabupaten Pemalang, hanya 4 Kecamatan yang tidak menjadi pemasok cabai. 

Bahkan BPS Provinsi Jateng mencatat, produksi cabai di Pemalang mencapai 3.776 ton pada 2019 lalu. (bud)