Berita Slawi
Teknologi Ultrafine di Slawi Bisa Pangkas Waktu Dormansi Bawang Putih
Salah satu kendala produksi benih bawang putih adalah waktu Dormansi (waktu berhenti tumbuh) yang relatif lama yaitu sampai 6 bulan.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, SLAWI - Salah satu kendala produksi benih bawang putih adalah waktu Dormansi (waktu berhenti tumbuh) yang relatif lama yaitu sampai 6 bulan.
Maka dari itu, Bank Indonesia Tegal terus berupaya untuk mengatasi masalah tersebut, dengan bantuan teknologi bernama Ultrafine Bubbles yang bisa menyingkat waktu Dormansi hanya 3 bulan bahkan 3 minggu.
Hal tersebut, disampaikan oleh Kepala KPw BI Tegal, Taufik Amrozi, saat menghadiri acara panen bawang putih double Chromosome, sekaligus kegiatan penanaman bibit bawang putih Sangga Sembalun, Rabu (2/9/2020) di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
• 5 Hari Dirawat, Tersangka Pembakar Anak Istri Ikut Meninggal Dunia dengan Luka Bakar 80 Persen
• Pengurus Dharma Wanita Kota Tegal Periode 2019-2024 Dikukuhkan
• Wawali Kota Tegal Beberkan Cara Optimalkan Pembelajaran Jadak Jauh dengan Media Massa
• Meski 22 Karyawan Positif Corona, Bridgestone Tidak Hentikan Operasional
Taufik mengungkapkan, kegiatan penanaman bibit bawang putih ini, sebagai bentuk suport BI untuk meningkatkan kualitas bawang putih petani dengan menambah sentuhan teknologi pertanian.
Maka dari itu, pihaknya bekerja sama dengan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, menggunakan teknologi Ultrafine Bubbles supaya hasil bawang putih jauh lebih bagus lagi.
"Selama ini Dormansi umbi bawang putih tidak bisa langsung ditanam, karena paling tidak membutuhkan waktu sekitar 6 bulan. Maka dengan cara memanfaatkan teknologi Ultrafine Bubbles ini, harapannya bisa mempercepat dormansi hanya 3 bulan atau bahkan 3 minggu saja. Jadi lebih menghemat waktu, efisien, dan sudah pasti menghemat biaya produksi," Jelas Taufik, pada Tribun-Pantura.com, Rabu (2/9/2020) kemarin.
Taufik menegaskan sekali lagi, semua bentuk suport yang pihaknya berikan tujuan utamanya tetap satu, yaitu jangan sampai bawang putih produksi sendiri kalah dengan bawang putih impor.
Seperti yang sudah Taufik jelaskan pada berita sebelumnya, bahwa hampir 600 ribu ton kebutuhan bawang putih nasional, 95 persen nya adalah impor. Jadi bayangkan saja berapa triliun uang yang dihasilkan.
"Maka dari itu butuh keberpihakan baik dari BI, pemerintah, akademisi, atau pun masyarakat," tegas Taufik.
Sementara itu, Peneliti Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, Sulasih menjelaskan, benih bawang putih untuk bisa tumbuh harus melewati proses perkecambahan.
Dalam proses perkecambahan ini dibutuhkan adanya air.
Karena ketika ada air masuk ke dalam mikrofil (sel kelamin jantan pada tumbuhan) akan memecah Asam abisat (ABA) yang merupakan hormon pada tumbuhan.
Setelah itu akan merombak cadangan makanan, akhirnya menjadi calon daun dan calon akar.
"Ketika oksigen yang masuk sedikit, maka pertumbuhannya akan lambat. Maka dengan Ultrafine Bubbles ini, salah satu teknologi yang memecah ukuran oksigen lebih kecil atau nano. Jadi ketika oksigen berukuran nano, oksigen yang akan masuk ke dalam benih meningkat. Sehingga proses perkecambahan akan jauh lebih cepat," terangnya.
• Sejumlah Guru Besar Tinjau Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemkab Tegal.
• Bantuan Subsidi Gaji Gelombang 2 Kepada 3 Juta Pekerja Dipastikan Cair Minggu Ini
• Direlokasi, PKL Alun alun Kota Tegal Justru Gelar Selametan
• Jadwal Samsat Keliling Kabupaten Tegal Hari Ini, Kamis 3 September 2020 Ada di Tiga Lokasi
Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan, Perekonomian, dan Keuangan, M. Berlian Adjie menambahkan, setelah mengikuti proses panen dan juga tanam bawang putih, Ia mengatakan setelahnya akan mengevaluasi hal-hal yang menjadi penghambat baik secara produktivitas maupun secara distribusi.