Berita Nasional
Air Mata Masrup dkk Tumpah di Arena Balap Dunia, Kisruh Lahan Sirkuit MotoGP Mandalika
Air Mata Masrup dkk Tumpah di Arena Balap Dunia, Kisruh Lahan Sirkuit MotoGP Mandalika
Adapun Sibah mengatakan, dirinya sama sekali tidak ada niat menghalangi pembangunan sirkuit.
Dia dan keluarganya hanya minta tanah itu dibayar.
"Saya tidak tahu apa itu MotoGP, saya juga tidak mau menghalangi, tapi bayar tanah saya, " katanya.
Sibah dan Masrup yang tinggal bersama 20 anggota keluarganya tinggal menunggu waktu angkat kaki dari kawasan itu.
Saat ini mereka masih memilih bertahan, menunggu sisa tanah yang masuk daftar inclave dituntaskan pembayarannya oleh ITDC.
Kandang kambing, sapi, dan kerbau yang dimilikinya dari hasil menanam padi gogo rancah dan tembakau akan dibawa pergi.
Mereka bahkan belum tahu akan dipindahkan kemana jika areal sirkuit sepanjang 4,31 kilometer dan 17 tikungan itu benar-benar harus dikosongkan.
Tanak tolang papuk balok dan perlawanan
Istilah Tanak Tolang Papuk Balok (tanah peninggalan nenek moyang) tampaknya hanya tinggal cerita bagi keluarga ini dan ratusan warga di wilayah Kuta Mandalika yang juga telah kehilangan tanahnya.
Sejak 1998 silam, 1.750 hektar lahan dikuasai LTDC ( Lombok Tourism Development Corporation) sebelum perusahaan pengelola kawasan wisata itu berubah nama menjadi BTDC (Bali Tourism Development Corporation), hingga akhirnya menjadi ITDC.
Yakin tanah itu merupakan tanah mereka, keluarga Masrup berusaha terus menolak pengerjaan.
Sambil menggendong anaknya, Sumi (28), anak perempuan Sibah dan Masrup, menepis tangan para polwan yang memintanya mundur dan tak menghalangi alat berat.
Sumi berteriak minta dilepaskan Perlawanan mereka berhasil menggagalkan land clearing di hari pertama dan kedua.
Namun, di hari ketiga pada Minggu (13/9/2020), saat matahari baru muncul, alat berat langsung mengaruk lahan Masrup.
Sibah dan anak-anaknya berlari menghalangi, tetapi langkah mereka diadang puluhan polisi.