Berita Viral
Polisi Salah Pukul Pendemo, Asep Ternyata Sedang COD Jual Beli HP
Seorang warga menjadi korban pentungan polisi karena dikira demonstran. Dia adalah Asep Nasrullah (23) warga Way Jernih.
TRIBUN-PANTURA.COM - Seorang warga menjadi korban pentungan polisi karena dikira demonstran.
Dia adalah Asep Nasrullah (23) warga Way Jernih, Sukarame, Telukbetung Betung.
Ia dipukul tameng dan pentungan oleh polisi pada di gedung DPRD Lampung, Rabu (7/10/2020).
• 176 Pasangan di Bawah Umur Mengajikan Dispensasi Nikah di Kota Semarang Hingga Bulan September
• Sepanjang Januari-Oktober 2020 Ini, Tim Tabur Kejati Jawa Tengah Sudah Berhasil Menangkap 8 Buronan
• Menilik Wisata Negeri di Atas Awan Kaki Gunung Sindoro Temanggung
Oleh polisi, Asep dikira salah satu demonstran yang melakukan aksi demo di gedung DPRD Lampung.
Padahal Asep adalah karyawan konter HP yang sedang janjian COD (cash on delivery) ponsel di sekitar Jalan Wolter Monginsidi.
Asep bercerita hari itu sekitar jam 20.00 WIB dia berada di Jalan Wolter Moingisidi sedang menunggu pembeli ponsel.
Saat itu ia tidak tahu jika polisi sedang mencari perusuh di demo mahasiswa di depan gedung DRPD Lampung.
Tiba-tiba banyak orang yang datang dan masuk ke dalam sebuh minimarket.
Karena panik, ia pun ikut masuk ke dalam minimarket tersebut.
"Saya lagi janjian mau COD (cash on delivery) jual beli HP, tiba-tiba ada banyak orang masuk ke dalam (minimarket), ya saya ikut masuk," kata Asep saat ditemui di rumahnya, Kamis (8/10/2020) malam.
Tak lama kemudian datang beberapa anggota kepolisian yang berpakaian pelindung lengkap.
Mereka kemudian meminta semua orang di dalam minimarket keluar.
Saat Asep keluar, aparat langsung menuduhnya sebagai demonstran yang rusuh dan memukulinya dengan tameng serta pentungan.
Walaupun ia sudah mengatakan tidak ikut demo, aparat tetap memukulinya.
"Pas keluar (saya) langsung dipukul. Saya sempat bilang nggak ikut demo, tapi masih ada yang mukul," kata Asep.
Hingga akhirnya ada salah satu aparat yang menghampirinya dan bertanya secara detail.
Saat itu Asep bercerita jika ia adalah karyawan konter HP yang sedang menunggu orang transaksi ponsel.
Setelah mendengarkan penjelasan itu, Asep dilepaskan namun aparat yang memukulinya tidak meminta maaf.
Bahkan Asep yang mengalami luka di kepala dibiarkan dan tidak dibawa ke rumah sakit.
Ia mengatakan kepalanya memar dan terasa sakit. Ia pun pergi ke rumah sakit dan diminta melakukan CT Scan oleh petugas kesehatan.
"Sempat dibawa ke rumah sakit, diminta CT Scan, tapi ga ada biaya, jadi pulang ke rumah," kata Asep.
Pengakuan Asep dikuatkan oleh ketua RT setempat, M Sadri. Ia mengatakan jika Asep adalah warganya dan tidak mengikuti aksi demo yang digelar di depan DPRD Lampung.
"Dia (Asep) iya warga saya, dia nggak ikut demo, siang hari pas demo dia itu lagi kerja," kata Sadri.
Sadri menyayangkan peristiwa tersebut dan meminta agar kepolisian lebih bijak saat terjadi peristiwa seperti kerusuhan kemarin.
Polisi kantongi identitas oknum
Sementara itu saat dikonfirmasi, Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, kasus salah tangkap ini sudah masuk Bidpropam Polda Lampung.
Ia menjelaskan pihaknya telah mengantongi identitas para oknum polisi yang memukuli Asep.
• Pandemi Tak Kunjung Usai, PKS Jateng Gelar Istigasah dan Doa untuk Negeri
• Berikut Prakiraan Cuaca BMKG di Pekalongan Raya, Minggu 11 Oktober 2020
• Peristiwa Langka, Kim Jong Un Menangis saat Berpidato, Ini Sebabnya
• 120 Hotel di Indonesia Disiapkan untuk Isolasi Mandiri Pasien Covid-19, Berikut Lokasinya
"Kami sudah kantongi identitas dari para oknum tersebut, sudah masuk Bidpropam Polda Lampung," kata Pandra saat dihubungi, Sabtu (10/10/2020) malam.
Rencananya, pemeriksaan akan dilakukan setelah kondisi para oknum polisi pulih secara fisik dan psikis karena mereka bertugas selama tiga hari mengamankan aksi demo.
"Belum bisa diperiksa, karena demonstrasi terjadi sejak tanggal 7 hingga 9 Oktober kemarin," kata Pandra.
"Polisi juga manusia, mereka perlu menenangkan diri dahulu secara fisik dan psikis setelah menjaga demonstrasi kemarin," kata Pandra. (*)