Berita Semarang

Kisah Penjual Gulali Rambut Nenek di Semarang, Bertahan untuk Lestarikan Jajanan Tempo Dulu

Gulali rambut nenek, jajanan tempo dulu yang terbuat dari gula dan tepung ini kini semakin langka dijual.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Rival Almanaf
Tribun-pantura.com/ Idayatul Rohmah
Stand gulali rambut nenek di Pasar Sentiling Festival Kota Lama Semarang yang berlangsung Jumat (23/11/2020) sampai Minggu (1/11/2020). Idayatul Rohmah 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Gulali rambut nenek, jajanan tempo dulu yang terbuat dari gula dan tepung ini kini semakin langka dijual.

Di Semarang, Sardono (62) merupakan salah satu penjual yang bertahan dengan jajanan khas Nusantara tersebut.

Terhitung sudah tiga tahun Sardono berjualan jajanan yang akrab dengan anak-anak itu.

Baca juga: Bupati Wihaji Sebut BKPM Punya Kompetensi Memfilter Calo Investasi dan Percepatan Perijinan

Baca juga: Truk Angkut 21 Orang Pendaki Gunung Lawu Terguling di Kebun Teh

Baca juga: UMK di Jawa Tengah Tak Boleh Kurang dari Rp 1.798.979

Baca juga: Hasil Tes Acak saat Libur Panjang, Dua Wisatawan Borobudur Positif Covid-19 dari Medan dan Tangerang

"Awalnya saya berjualan di Taman Indraprasta Semarang."

"Namun karena kendala Covid-19, sementara saya jualan di rumah," kata Sardono di salah satu stand Pasar Sentiling Festival Kota Lama Semarang yang berlangsung Jumat (23/11/2020) sampai Minggu (1/11/2020).

Sardono menceritakan, Covid-19 memang membuat usaha gerobaknya tersebut melesu.

Ia menyebut, penghasilannya yang mencapai Rp 500 ribu perhari sebelum pandemi Covid-19 kini terjun bebas hingga kurang dari Rp 100 ribu.

"Saat pandemi hanya Rp 75 ribu perhari," keluh dia.

Sudah menjadi hal biasa dengan penghasilan yang naik-turun bagi Sardono.

Ia menuturkan, dirinya ingin tetap berjualan untuk orang-orang yang ingin bernostalgia dengan jajanan khas rasa manis ini.

Baca juga: Gagal di CPNS 2019? Siap-siap Coba Lagi Tahun 2021, Formasinya Lebih Banyak

Baca juga: Serikat Buruh Karanganyar Tetap Meminta Adanya Kenaikan UMK 2021

Baca juga: Jalan Penghubung Warga Perbatasan Semarang-Kendal Terancam Terputus Akibat Longsor

Baca juga: Waspada Hujan dan Badai Guntur, Berikut Prakiraan Cuaca Jawa Tengah dari BMKG Hari Ini

"Masa pandemi ini memang membuat prihatin dan banyak yang tutup usaha.

Namun saya ingin tetap bertahan agar mereka-mereka yang kangen dengan jajanan masa kecil ini tetap bisa menemukannya.

Paling unik justru pengalaman saya ketika berjualan, pernah dulu sudah tutup di rumah ada yang ketok pintu untuk membeli. Itu malem-malam, saya buka untuk ndodoli (melayani).

jajanan ini (bersejarah), sudah ada sejak saya masih SD," jelasnya. (idy)

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved