Berita Banjarnegaran

Mengenl Tri Agus Prasetijo, Kakak Legenda Sepakbola Bambang Pamungkas yang Jadi Guru Inovatif

Siapa tak mengenal Bambang Pamungkas, legenda sepakbola tanah air yang dikenal dengan sebutan Bepe.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: Rival Almanaf
Istimewa
Guru inovatif Tri Agus Prasetyo saat memberikan pelatihan kepada para guru PJOK di Banjarnegara, (10/11/2020) lalu. 

TRIBUN-PANTURA.COM, BANJARNEGARA-Siapa tak mengenal Bambang Pamungkas, legenda sepakbola tanah air yang dikenal dengan sebutan Bepe. Bambang Pamungkas diketahui memiliki kakak kandung bernama Tri Agus Prasetijo.  Tri Agus sebenarnya tak kalah hebat dalam kemampuan mengolah bola. Hanya kedua saudara kandung itu mengambil jalan berbeda. 

Bambang Pamungkas memilih fokus hingga namanya bersinar di kancah dunia persepakbolaan Indonesia. Sedangkan Tri Agus memilih dunia lain. Bukan lapangan hijau yang tiap hari ia sambangi, melainkan sekolah tempat belajar pengetahuan. 

Di Kabupaten Banjarnegara, pria itu berlabuh. Di Desa Parakan Kecamatan Purwanegara yang cukup jauh dari kota, Tri Agus mengabdi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) sebagai tenaga pengajar.
Ia mendidik anak-anak belia desa agar tumbuh sehat dengan menyenangi olahraga.

Baca juga: Berikan Pelayanan Terkait Potensi Untuk Investor, Bupati Wihaji Minta OPD Lakukan Update Data

Baca juga: Penemuan Mayat di Kamar Kos di Semarang, Korban Sempat Terlihat Telanjang Sebelum Meninggal

Baca juga: Ngevlog di Lawang Sewu Bayar Rp 3 Juta, Begini Klarifikasi Pengelola

Baca juga: Pelaku Perampokan di Blora Diperkirakan Berjumlah 4 Orang, Korban Diikat dan Dipukuli

Sesuai dengan bidangnya, Tri Agus menjadi pengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Tentu saja, karena sangat membidangi olahraga, khususnya sepakbola, Tri Agus menjadi guru yang menonjol di Banjarnegara. 

Ia adalah guru inovatif di Kabupaten Banjarnegara. Pada Selasa (10/11/2020) lalu, ia bahkan dipercaya  melatih 35 orang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) jenjang SD se Kabupaten Banjarnegara.

Ini dalam rangka Pelatihan Inovasi Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19 yang bertempat di Gedung PGRI Kabupaten Banjarnegara.
Acara ini diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) PJOK SD Kabupaten  anjarnegara. 

Tri Agus Prasetijo merupakan guru Inspiratif versi P4TK Penjas dan BK tahun lalu. Ketua KKG PJOK SD Slamet Sugiyanto mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih dan mengasah inovasi pembelajaran di Masa Pandemi.

 "Saya harap seluruh peserta mau dan mampu menghadapi kondisi seperti sekarang, dengan cara berinovasi dalam pembelajaran PJOK. Kami hadirkan Mas Agus, agar dapat menginspirasi peserta", ujar Slamet, Sabtu (14/11)

Mengajar di masa pandemi tentu menjadi tantangan tersendiri. Guru dituntut inovatif untuk menghasilkan metode pembelajaran yang efektif diaplikasikan di tengah situasi pandemi. Bagaimanapun, pendidikan tak boleh terhenti, namun kesehatan pendidik dan siswa harus tetap terjaga. 

Menurut Tri Agus Prasetyo, guru PJOK harus mampu menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Merekabharus mampu menyajikan pembelajaran PJOK yang menarik dan aman bagi kesehatan siswa. 

"Guru PJOK jangan sampai ketinggalan dengan perkembangan pendidikan yang sangat dinamis, harus memahami 4C yang merupakan keterampilan abad 21", ujar Tri yang juga Narasumber Nasional P4TK Penjas dan BK.

Peran guru PJOK baginya tidaklah sederhana. Ia dituntut bisa mengarahkan peserta didik untuk menguasai keterampilan abad 21 yang meliputi berpikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi yang dapat dicapai melalui pembelajaran PJOK. 

Khusus di masa pandemi, kata dia, guru PJOK menjadi salah satu pioner dalam menanamkan kesadaran para peserta didik agar menjalankan protokol kesehatan 

"Sehingga dapat memutus penularan covid-19" ujar guru SDN 1 Parakan Pureanegara itu.

Inovasi pembelajaran PJOK di masa pandemi perlu dilakukan agar target pendidikan bisa tercapai. Khusus untuk pembejaran SD misalnya,  peserta didik sampai saat ini masih melakukan pembelajaran dari rumah. Guru mengunjungi rumah (home visit) kelompok belajar siswa yang terdiri dari 4-6 anak dengan protokol kesehatan dan rumah berdekatan. 

Di situ, guru PJOK memberikan materi dan contoh gerak. Jika tak bisa menerapkan olahraga mainstream di rumah, aktivitas membantu orang tua pun bisa jadi alternatif untuk memelihara kesehatan raga.

Baca juga: Tiga Akademisi dari Berbagai Negara Berbagi Ilmu di ICESRE 2020

Baca juga: Daftar SPBU di Kabupaten Tegal yang Layani Pertalite Seharga Premium

Baca juga: Titik Api Kembali Muncul di Sisa Kebakaran Pasar Weleri Kendal

Baca juga: Viral Video Ngevlog di Lawang Sewu Semarang Bayar Rp 3 Juta

Peserta didik dituntut bisa membuat video aktivitas membantu orang tua yang di dalamnya melibatkan aktivitas fisik. Peserta didik juga diberi tugas untuk membuat gerakan senam, dan memvideokan senam tersebut untuk dinilai guru. 

Salah satu peserta pelatihan, Imam Santosa merasa kegiatan ini sangat bermanfaat baginya.  Dengan pelatihan semacam ini, ia merasa guru PJOK menjadi tidak kalah dan ketinggalan dari guru bidang lainnya. Dengan inovasi, guru PJOK tidak lagi dicap hanya mengandalkan keahlian fisik saja. 

"Karena selama ini guru PJOK selalu dipersepsikan hanya modal fisik saja" ujar Imam.

Sumber: Tribun Pantura
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved