Berita Batang
Kisah Lansia Penjual Sapu Keliling di Batang, Sehari Semalam Baru Laku Satu Buah
Hari semakin larut, namun Sujono (55) warga Jumo Kabupaten Temanggung, masih sibuk menghitung uang lembaran seribu dan dua ribu rupiah.
Penulis: budi susanto | Editor: Rival Almanaf
TRIBUN-PANTURA.COM, BATANG - Malam semakin larut, namun Sujono (55) warga Jumo Kabupaten Temanggung, masih sibuk menghitung uang lembaran seribu dan dua ribu rupiah.
Uang tersebut hasil ia menjajakan sapu ijuk ke sejumlah daerah, di Kabupaten Batang.
Saat ditemui Tribun-Pantura.com di salah satu warung yang juga tempat Sujono menetap sementara, di daerah Kecamatan Gringsing, ia menjelaskan baru saja kembali dari berdagang.
"Ya kadang bisa pulang sore, kadang juga subuh baru bisa istirahat. Seperti sekarang ini," jelasnya, Sabtu (26/12/2020) dini hari.
Baca juga: Begini Gebrakan Menkes Baru Budi Gunadi untuk Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 setelah Nataru
Baca juga: Messi Pecahkan Rekor Pele, 644 Botol Bir Dikirim ke 160 Kiper Korban La Pulga, Cassilas Dapat 17
Baca juga: Viral Video Uang Rp94 Juta Berhamburan di Jalan, Jadi Rebutan Warga, Pemilik Syok dan Lemas
Baca juga: Tak Gugatan Hasil Pilbup Pekalongan 2020, KPU: Penetapan Paslon Terpiilih Tunggu BPRK dari MK
Sujono yang sudah berdagang sapu selama 25 tahun dengan cara berkeliling itu nampak lelah.
Usai menghitung laba, ia pun memesan segelas teh panas ke pada pemilik warung yang buka 24 jam tersebut.
"Teh ya mbak, yang panas, biar di badan enak, dari tadi ke hujanan terus," paparnya.
Sembari menikmat teh yang ia pesan, pria 55 tahun itu menceritakan, keluh kesah yang ia alami.
"Kalau sedang beruntung sapu yang saya jajakan bisa laku semua, tapi kalau belum rezeki, ya tidak ada yang beli. Tadi saja hanya laku satu sapu," ucapnya.
Setiap harinya, Sujono membawa 17 sapu, dan berkeliling ke beberapa daerah di Kabupaten Batang.
Omset yang ia dapat juga tak menentu, jika mendapatkan pulung, Sujono bisa membawa Rp 200 ribu.
"Saya jual sapu Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu, tapi biasanya masih ditawar oleh pembeli," tuturnya pria berperawakan kurus itu.
Sujono acap kali menumpang bus untuk sampai ke sejumlah tempat di sepanjang Jalur Pantura Batang.
Begitu juga saat ia hendak kembali ke tempat ia ngekos di Kecamatan Gringsing.
Ia juga pernah gagal dalam perjuangannya selama seperempat abad itu, bahkan Sujono mengaku, pernah lima tahun merugi.