Berita Semarang
Dosen Kini Harus Optimalkan Media Sosial dan Komunitas Anak Muda
Menjalani profesi sebagai dosen di perguruan tinggi pastilah identik dengan citra serius, kaku, dan jauh dari pergaulan.
TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG -Menjalani profesi sebagai dosen di perguruan tinggi pastilah identik dengan citra serius, kaku, dan jauh dari pergaulan.
Terlebih jika ditambah tugas tambahan menjadi birokrat. Menjalankan rutinitas dua profesi itu secara bersamaan dipastikan semakin menjauhkan dari pergaulan dunia luar kampus.
Namun, hal itu agaknya tidak berlaku bagi Hendi Pratama (35).
Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini mencoba menepis semua anggapan itu dengan membaur dalam komunitas mahasiswa.
Baca juga: Prakiraan Cuaca di Wilayah Tegal Raya Jumat (15/1/2021), Berawan dan Cerah Berawan Mendominasi
Baca juga: Majene Diguncang Gempa, Gedung Bertingkat Ambruk Hingga Warga Berlari ke Gunung Takut Tsunami
Baca juga: Jadwal Samsat Keliling Kabupaten Tegal Hari Ini, Jumat 15 Januari 2021 Ada di Tiga Lokasi
Baca juga: Takluk Dari Bilbao 1-2 Real Madrid Dipastikan Gagal ke Final Piala Super Spanyol
Hendi, yang sejak Januari 2021 dilantik menjadi Wakil Rektor Perencanaan dan Kerja Sama Unnes, sejak 2015 aktif dalam komunitas komedi tunggal atau stand up comedy di Kota Semarang.
Dalam komunitas itu, ia belajar bagaimana memahami kondisi psikologis mahasiswa yang menjadi bekal ia dalam mengajar.
“Para mahasiswa komedian tunggal haruslah cerdas. Jika tidak, mereka tidak akan memancing tawa."
"Nah, hal itu tidak muncul di kelas. Dengan memahami dunia mereka, saya bisa lebih efektif dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan,” ujar Hendi di kantornya, Rektorat Unnes kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, kemarin.
Dosen Pendidikan Bahasa Inggris itu mengatakan, ketika melucu, mahasiswa bisa menyampaikan materi yang sangat kritis dan tajam terkait berbagai hal, seperti kondisi politik terkini, permasalahan keluarga, hingga perkuliahan.
Semua itu dibungkus dalam lawakan yang dituntut memantik tawa penonton. Dari komunitas tersebut, Hendi menyadari bahwa melawak bukanlah pekerjaan mudah.
Banyak teknik yang harus dipelajari, selain jam terbang tampil harus tinggi.
Untuk terus mengasah keterampilan, hampir setiap Kamis malam ia tampil di open mic yang diadakan komunitasnya.
Kegiatan itu sekaligus ia niatkan untuk mencari hiburan di sela rutinitasnya sebagai dosen dan birokrat.
Di awal keanggotaan, suami Indira Gustiar ini mengaku tak selalu berhasil memicu tawa penonton.
Namun, ia merasa beruntung karena anggota komunitas saling mendukung.