Berita Viral

Ledakan Keras Mengguncang Riyadh Arab Saudi

Ledakan keras mengguncang Riyadh pada Selasa (26/1/2021), tiga hari setelah kerajaan itu mencegat proyektil yang ditembakkan di atas ibu kota Saudi.

Editor: Rival Almanaf
AFP
Serangan udara yang diluncurkan Houthi sebelumnya jarang sekali mencapai ibu kota Riyadh (AFP PHOTO/FRANCK FIFE) 

TRIBUN-PANTURA.COM, SEMARANG - Ledakan keras mengguncang Riyadh pada Selasa (26/1/2021), tiga hari setelah kerajaan itu mencegat proyektil yang ditembakkan di atas ibu kota Saudi.

Tidak ada reaksi langsung dari Arab Saudi, yang telah berulang kali diserang rudal atau pesawat tak berawak.

Serangan yang disebut dilakukan oleh pemberontak Houthi di negara tetangga Yaman sudah terjadi sejak 2015.

Baca juga: Presiden Joko Widodo Melantik Listyo Sigit Prabowo Sebagai Kapolri

Baca juga: UMKM Kerajinan Paling Terdampak di Purbalingga, Omzet Turun Sampai 70 Persen

Baca juga: Bisa Bayar Pajak Kendaraan Tanpa Perlu Antre dan Berkerumun dengan Aplikasi Sakpole

Baca juga: PNS Tidak Boleh Ajukan Pindah Tugas Sebelum 10 Tahun Mengabdi

“Ledakan itu mengguncang jendela di ibu kota Saudi sekitar pukul 13.00 waktu setempat (17.00 WIB),” kata saksi mata, melansir Al Jazeera pada Selasa (26/1/2021)

Beberapa warga di media sosial melaporkan mendengar dua ledakan.

TV Al Arabiya milik Arab Saudi mengutip laporan lokal tentang ledakan dan video yang beredar di media sosial terkait sebuah rudal yang dicegat di Riyadh.

Televisi pemerintah melaporkan pada Sabtu (23/1/2021), koalisi yang dipimpin Arab Saudi, yang mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional melawan Houthi, mengatakan, pihaknya mengadang dan menghancurkan "target udara musuh" menuju Riyadh.

Pernyataan singkat itu tidak mengidentifikasi sumber target. Sementara Houthi mengatakan bahwa mereka tidak terlibat.

Bandara Internasional Raja Khaled Riyadh mengatakan, ada sejumlah penundaan penerbangan setelah insiden pada Sabtu (23/1/2021).

Arab Saudi telah memimpin intervensi militer terhadap Houthi sejak 2015 dan telah berulang kali menjadi target serangan lintas batas.

Namun, jarang sekali drone atau rudal yang diluncurkan oleh Houthi mencapai ibu kota kerajaan--sekitar 700 km (435 mil) dari perbatasan.

Baca juga: 533 Juta Data Nomor HP Pengguna Facebook, Diperjualbelikan Secara Ilegal oleh Hacker di Telegram

Baca juga: Harga Emas Antam di Semarang Hari ini, Menurun Rp 2.000 Berikut Daftar Lengkapnya

Baca juga: Eriksen Jadi Penentu, Ibrahimovic Dikartu Merah, Inter Kalahkan Milan di Copa Italia

Baca juga: Sidang Perdana Sengketa Pilkada Purworejo di MK, Pemohon Sebut Ada Penyalahgunaan Surat Suara

Insiden itu terjadi hanya beberapa hari setelah Joe Biden dilantik sebagai Presiden AS, menggantikan Donald Trump.

Pada Senin (25/1/2021), pemerintahan Biden membekukan sanksi atas kesepakatan dengan Houthi selama satu bulan.

AS tengah meninjau "daftar hitam terorisme" yang diberlakukan di bawah Trump. Kelompok bantuan kemanusiaan memperingatkan hal itu bisa memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah menghancurkan.

Kelompok tersebut mengatakan, mereka tidak mempunyai alternatif selain menghadapi pemberontak yang menguasai sebagian besar Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved