Berita Jateng
Investasi Dalam Negeri Jadi Andalan di Jawa Tengah saat Pandemi
Ada angin segar di bidang investasi di tengah goncangan ekonomi dampak dari pandemi global virus Covid-19 di Jawa Tengah.
TRIBUN-PANTURA.COM SEMARANG- Ada angin segar di bidang investasi di tengah goncangan ekonomi dampak dari pandemi global virus Covid-19 di Jawa Tengah.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) menjadi penopang kinerja investasi di Indonesia sepanjang 2020 yang dibayangi pandemi.
Nilai PMDN melebihi penanaman modal asing (PMA) yang biasanya beberapa tahun sebelumnya selalu superior.
Baca juga: Salah Ambil Jenazah, Petugas Pemulasaraan Jenazah Covid-19 Dipukul Keluarga Pasien Hingga Pingsan
Baca juga: Kera Ekor Panjang Masuk Pertokoan Kota Banjarnegara, Direktur Serulingmas Zoo Tepis Satwanya Lepas
Baca juga: Liga 1 Belum Jelas, Gelandang PSIS Jonathan Cantillana Dilirik Klub Amerika Latin
Baca juga: Vaksinasi Tahap Pertama di Demak Capai 72,39 Persen
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah mencatat total realisasi investasi pada 2020 sebesar Rp 50,24 triliun.
"Angka ini melampui target yang ditetapkan senilai Rp 24,89 triliun atau 202 persen," kata Kepala DPMPTSP Jateng, Ratna Kawuri di kantornya, Jumat (29/1/2021).
Angka ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelum pandemi yakni pada 2019 yang mencapai Rp 59,50 triliun. Namun, jika dibandingkan triwulan keempat, ada pertumbuhan 3,59 persen.
Yang mana triwulan keempat 2019 mencatat Rp 12,27 triliun sedangkan triwulan keempat 2020 mencapai Rp 12,71 triliun.
"Sebelum pandemi, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan target Rp 26,99 triliun. Namun, kemudian targetnya direvisi, secara nasional direvisi. Jateng menjadi Rp 24,89 triliun. Dan Jateng merealisasikan 202 persen," jelasnya.
Ratna mengatakan investasi sepanjang 2020 agak sedikit berbeda dengan tahun sebelum pandemi atau sebelum 2020. Yang mana pada 2020 investasi ditopang PMDN.
PMDN pada 2020 naik 64,13 persen secara year on year. Pada 2019, PMDN tercatat Rp 18,65 triliun sedangkan PMA Rp 40,85 triliun.
Sementara, pada 2020 PMDN naik signifikan menjadi Rp 30,61 triliun yang meninggalkan PMA atau foreign direct investment (FDI) di angka Rp 19,63 triliun.
"Ini sejarah, 2020 kondisinya berbeda. Biasanya lima tahun terakhir PMA dominan. Tapi pada 2020 PMDN dominan, memberikan kontribusi lebih besar dari PMA," katanya.
Artinya, kata dia, kondisi ini menunjukkan bahwa investor dalam negeri merupakan benteng pertahanan untuk menggerakkan ekonomi selama pandemi Covid-19.
Berdasarkan sebarannya, realisasi PMDN paling banyak di Kabupaten Tegal, disusul Kota Semarang, Cilacap, Grobogan, dan Kudus. Sedangkan untuk PMA, di Batang nomor satu, diikuti Jepara, Kota Semarang.
"Kecenderungan proyek cari daerah dengan infrastruktur yang sudah lebih memadai. Untuk PMA paling tertinggi yakni masih Jepang," terangnya.
Baca juga: Pelatih Anyar Chelsea Thomas Tuchel Dapat Kiriman Doa dari Lampard, Tak Takut Dipecat Abramovich
Baca juga: Kasun dan Mantan Kasun Geger Rebutan Tanah Bengkok Kas Desa, 2 Orang Tewas Dicarok
Baca juga: Andika Anggap Aiptu janadi Serse Legendaris Polrestabes Semarang: Kebapakan, Luar Biasa Baik
Baca juga: Akurasi GeNose 93 Persen, tapi Tak Bisa Gantikan Tes PCR untuk Diagnosis Covid-19, Ini Kata Satgas