Berita Jateng
Petani Pantura Jateng Ramai-ramai Tolak Impor Beras, Giman: Harga Gabah Jadi Anjlok
Petani Pantura Jateng Ramai-ramai Tolak Impor Beras, Giman: Harga Gabah Jadi Anjlok
TRIBUNPANTURA.COM, SLAWI - Petani di wilayah Kabupaten Tegal tegas menolak terkait rencana pemerintah yang akan mengimpor beras. Karena dengan adanya wacana tersebut petani sangat dirugikan, bahkan kondisi saat ini di lapangan harga jual beras sudah turun drastis.
Informasi tersebut disampaikan oleh Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mandiri Desa Dukuhringin Kabupaten Tegal, Giman, pada Tribunjateng.com, Selasa (23/3/2021).
Giman menjelaskan, saat panen raya seperti sekarang ini biasanya harga jual beras di pasaran bisa sampai Rp 10 ribu per kilogram sekarang paling hanya Rp7.300 per kilogram.
Baca juga: Rencana Impor Beras Hancurkan Harapan Kesejahteraan Petani, Warga Kendal: Harga Gabah Anjlok
Baca juga: 48 Sekolah Setingkat SD di Kabupaten Pekalongan akan Gelar Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka
Baca juga: Petani Tegal Tolak Keras Rencana Impor Beras: Sekarang Saja Sudah Bikin Harga Gabah Anjlok
Baca juga: Tolak Impor Garam, Serikat Nelayan NU Kritik Pemerintah: Kuncinya di Petani, Bukan Importir Garam
Sedangkan untuk yang kualitasnya bagus Rp8 ribu per kilogram.
Adapun untuk penjualan gabah juga ikut terkena imbasnya, karena turun dari yang biasanya 1/4 bahu harga Rp 3,5 juta - Rp 4 juta sekarang paling Rp 2 juta.
"Intinya ketika impor beras petani sangat dirugikan, sehingga kami juga sudah melakukan diskusi dan tegas menolak rencana tersebut. Sudah harga beras turun drastis, harga gabah juga turun, belum lagi mencari tenaga untuk panen juga susah," ungkap Giman.
Pada kesempatan ini, Giman juga berharap dari pihak Bulog untuk segera menerima gabah dari petani.
Karena ketika Bulog sudah menerima, maka tidak terjadi penumpukan gabah dan harga jual juga tidak terlalu turun drastis.
"Anggota Gapoktan di saya jumlahnya sekitar 90-120 petani. Kami sangat berharap tidak ada impor beras karena sangat dirugikan," harapnya.
Senada dengan Giman, Ketua Gabungan Kelompok Tani Lestari Desa Bulakpacing Kabupaten Tegal, Tohirin, juga mengaku sangat tidak setuju dengan adanya rencana impor beras.
Karena dengan adanya informasi impor beras sangat mempengaruhi harga beras di pasaran.
Belum lagi biaya produksi yang semakin kesini juga semakin naik.
"Harga gabah kering biasanya Rp 6.500 per kilogram, saat ini paling Rp 5.400 per kilogram tapi rata-rata Rp 5.200 per kilogram. Sehingga adanya rencana impor beras ini sangat berpengaruh dan kami tegas menolak," tutur Tohirin.
Tanggapi rencana impor beras, Bupati Tegal Umi Azizah mengatakan, jangan sampai impor beras benar terjadi karena kasihan para petani.
Apalagi Kabupaten Tegal sendiri juga termasuk wilayah yang surplus beras.
Bupati Umi menyebut, jika sedang panen raya seperti ini malah impor beras, maka harga jual di pasaran anjlog imbasnya merugikan petani.
"Kebijakan dari saya mengenai rencana impor beras ini ya akan terus mengajak masyarakat untuk bela dan beli produk lokal. Sedangkan langkah yang akan diambil ya sesuai dinas terkait, kan tentunya nanti ada rapat tersendiri," imbau Umi.
Suara petani Batang
Para Petani Batang yang tergabung dalam Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyatakan penolakan terhadap rencana pemerintah akan impor beras.
"Yang jelas semua petani Batang menolak adanya impor beras yang akan dilakukan pemerintah impor beras, kami meminta pemerintah mengkaji ulang rencana tersebut," tutur Ketua KTNA Kecamatan Kandeman, Riyanto, Selasa (23/3/2021).
Bukan tanpa alasan, dikatakannya kebijakan impor beras akan membuat kondisi petani semakin terpuruk karena saat ini sedang menghadapi turunnya harga gabah di pasaran karena dampak pandemi.
"Apalagi di situasi sekarang dampak pandemi harga gabah di pasaran menurun, yakni Rp 320 Ribu perkuintal di bawah harga pembelian pemerintah yang ditetapkan Rp 420 Ribu perkuintal, harapan kami harganya minimal Rp 450 perkuintal," jelasnya.
Dia juga mengkhawatirkan rncana pemerintah mendatangkan beras impor bisa membuat harga gabah di tingkat petani semakin anjlok.
"Karena pasokan beras diprediksi akan meningkat saat beras impor tiba sehingga harga beras petani bisa saja anjlok, mental petani semakin tertekan karena jerih payahnya tidak diharga dengan layak," imbuhnya.
Menurutnya, belum saatnya pemerintah melakukan impor beras dan Bulog harus menyerap produksi petani.
"Dalam waktu dekat akan panen raya sehingga belum waktunya pemerintah impor beras, justru seharusnya Bulog menyerap hasil produksi petani sebanyak-banyaknya," pungkasnya. (dta/din)
Baca juga: Selain Digunakan di Jawa Timur, Vaksin AstraZeneca Sudah Didistribusikan di Enam Provinsi Ini
Baca juga: Disdikbud Kendal Tunjuk SMPN 1 Weleri sebagai Pilot Project Pembelajaran Tatap Muka
Baca juga: E-Tilang Resmi Diterapkan, Ini Titik Jalan yang Dipasangi CCTV
Baca juga: Dua Bocah Hilang Ditemukan Tewas di Kubangan Galian C, Orangtua Minta Pemerintah Lakukan Ini