Berita Kendal
Eksotisme Batik Daun Srikandi, Kreasi 7 Perempuan Eks Buruh Migran Asal Kendal
Eksotisme Batik Daun Srikandi, Kreasi 7 Perempuan Eks Buruh Migran Asal Kendal
Penulis: Saiful Ma'sum
TRIBUNPANTURA.COM, KENDAL - Semangat pantang menyerah 7 perempuan eks pekerja migran asal Kendal dalam berkarya patut diapresiasi.
Mereka adalah perempuan paruh baya mantan tenaga kerja wanita (TKW) yang saat ini tinggal di Desa Purworejo Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal.
Ketujuh perempuan tersebut merupakan eks buruh migran di beberapa negara dalam beberapa tahun yang lalu.
Baca juga: Cerita Durotul, Warga Kendal yang Sulap Kluwih Jadi Abon, Jenang, dan Emping, Begini Caranya
Baca juga: Warga Tegal Kreatif, Endang Ubah Sisa Kulit Sofa dan Kain Perca Jadi Tas Cantik nan Modis
Baca juga: Jateng Bukan Lagi Produsen Beras Terbesar di Indonesia pada 2020, Posisinya Digeser Provinsi Ini
Baca juga: Detik-detik Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar, Pelaku Datang Naik Motor
Setibanya di Indonesia, mereka membentuk kelompok pekerja seni dengan nama Kelompok Usaha Bersama (Kube) Srikandi yang dibina oleh Rumah Zakat.
Dua tahun berjalan, sudah melahirkan satu produk khas diberi nama Batik Srikandi yang memanfaatkan motif daun dan pewarna alami dari dedaunan.
Anggota kelompok, Nurhayati mengatakan, pada awalnya, ia dan teman-temannya kesulitan dalam menekuni kerajinan batik sepulang bertugas menjadi pekerja migran.
Dengan ketekunannya agar tetap berpenghasilan di Kendal, ia pun tak sungkan belajar dari para perajin batik yang lebih berpengalaman.
Hingga akhirnya, bertekad membuat batik dengan menggunakan motif dan pewarna alami dari dedaunan yang ada.
"Kami berharap, ke depan hasil produk batik Kendal lebih dikenal hingga ke daerah-daerah lain, bahkan internasional."
"Sehingga bisa mengangkat perekonomian UMKM, khususnya di bidang kerajinan batik daerah," terang ibu rumah tangga eks pekerja migran 9 tahun di Hongkong, Minggu (28/3/2021).
Kerajinan batik yang digeluti Nurhayati bersama 6 rekannya berbeda dengan kerjainan batik pada umumnya.
Untuk membuat motif batik khas daerah, ia memanfaatkan motif daun jati dan daun koropelik serta memanfaatkan warna khas dari daun masing-masing.
Prosesnya, daun tersebut dipetik dan ditempelkan di lembaran kain putih yang sudah disiapkan.
Setelah itu, bagian atas kain dilapisi plastik agar pewarna daun tidak menempel pada sisi kain yang lain. Kemudian, kain digulung dan diikat untuk direbus selama 2 jam.
Selanjutnya, kain rebusan diangkat dan angin-anginkan agar kering merata. Sementara daun yang menempel dilepas agar warna dan motif yang dicap lebih maksimal saat proses pengeringan.