Berita Jateng

Pekerja Seni di Kabupaten Pati Banting Setir jadi Pengrajin Layang-layang

Hingga kini, Pemerintah Kabupaten Pati belum mengizinkan pementasan kesenian di tempat terbuka.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/MAZKA HAUZAN NAUFAL
Jumadi (48), menunjukkan layang-layang buatannya, Senin (18/10/2021). 


"Setelah itu ada pesanan terus, orang minta dibuatkan layang-layang berbagai bentuk.

Akhirnya malah jadi sumber penghasilan," ungkap dia.


Sejak mulai menekuni aktivitas ini sekira akhir 2020 lalu, hingga kini Jumadi mencatat telah menjual 107 buah layang-layang.


Dia mematok harga mulai puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah per buah layang-layang.

Bergantung ukuran dan tingkat kerumitan pembuatannya.


"Ada yang sampai Rp 1,5 juta, yaitu layangan naga.

Tapi paling banyak saya buat yang murah, kisaran 50 ribu atau 70 ribu," ujar dia.


"Jenis layangan kan banyak.

Ada badolan, gapangan, merakan, ram-raman, kepala barong, pesawat, helikopter.

Itu juga menentukan harga.

Yang simpel seperti gapangan paling saya jual Rp 50 ribu.

Burung hantu, elang saya jual Rp 75 ribu," tambah Jumadi.
 
Jumadi menegaskan, dirinya tidak mau berputus asa dengan adanya pandemi.

Meski keadaan serba terbatas, dia ingin tetap berkarya.

Meski sederhana, ia bersyukur aktivitasnya membuat layang-layang bisa sedikit menopang perekonomian rumah tangga.


Selama ini, selain berjualan di rumah dan di pinggir jalan, Jumadi juga mempromosikan layang-layang buatannya di media sosial, yakni Facebook dan Whatsapp.


"Kadang juga ada event 'manjer' layangan bareng-bareng di lapangan desa, saya juga ikut sambil jualan," tandas dia. 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved